Hukum Asal Ibadah Haram.. .Sampai Ada Dalil Yang Memerintah..!! (Diam)
๐ท *ุจِุณْููููููููููููููููููู
ِ ุงِููู ุงูุฑَّุญْู
َِู ุงูุฑَّุญِْูู
ِ*
☝️ *HUKUM ASAL IBADAH, HARAM SAMPAI ADA DALIL*
Jika Kamu Sudah Mulai Bertanya Mana Dalilnya? Maka itu tanda kamu harus mulai serius dalam memperhatikan Agamamu Teruslah Menuntut Ilmu Syar'i.
Allah Ta’ala berfirman:
ุฃَู
ْ َُููู
ْ ุดُุฑََูุงุกُ ุดَุฑَุนُูุง َُููู
ْ ู
َِู ุงูุฏِِّูู ู
َุง َูู
ْ َูุฃْุฐَْู ุจِِู ุงَُّููู
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy Syura: 21).
Allah Ta’ala juga berfirman,
َูู
َْู ُูุดَุงِِูู ุงูุฑَّุณَُูู ู
ِْู ุจَุนْุฏِ ู
َุง ุชَุจَََّูู َُูู ุงُْููุฏَู ََููุชَّุจِุนْ ุบَْูุฑَ ุณَุจِِูู ุงْูู
ُุคْู
َِِููู َُِِّูููู ู
َุง ุชَََّููู َُููุตِِْูู ุฌَََّููู
َ َูุณَุงุกَุชْ ู
َุตِูุฑًุง
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An Nisa: 115).
Diantara kaidah fiqih dalam agama ini adalah,
ุงูุฃุตู ูู ุงูุนุจุงุฏุฉ ุงูุญุธุฑ, ููุง ูุดุฑุน ู
ููุง ุฅูุง ู
ุง ุดุฑุนู ุงููู ู ุฑุณููู
“Hukum asal dalam ibadah adalah terlarang, maka suatu ibadah tidak disyariatkan kecuali ibadah yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya” ( Al Qawaid Wal Ushul Al Jami’ah, 72).
Dalil-dalil yang melarang membuat-buat perkara baru dalam agama.
Diantaranya firman Allah Ta’ala,
ุงَْْูููู
َ ุฃَْูู
َْูุชُ َُููู
ْ ุฏَُِูููู
ْ َูุฃَุชْู
َู
ْุชُ ุนََُْูููู
ْ ِูุนْู
َุชِู َูุฑَุถِูุชُ َُููู
ُ ุงْูุฅِุณَْูุงู
َ ุฏًِููุง
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Maidah: 3).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ู
َْู ุฃَุญْุฏَุซَ ِูู ุฃَู
ْุฑَِูุง َูุฐَุง ู
َุง َْููุณَ ู
ُِْูู ََُููู ุฑَุฏٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718).
Begitu pula dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َูุฅَِّูุงُูู
ْ َูู
ُุญْุฏَุซَุงุชِ ุงูุฃُู
ُูุฑِ َูุฅَِّู َُّูู ู
ُุญْุฏَุซَุฉٍ ุจِุฏْุนَุฉٌ ََُّููู ุจِุฏْุนَุฉٍ ุถَูุงََูุฉٌ
“Hati-hatilah dengan perkara baru dalam agama. Karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Daud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, An Nasa-i no. 46. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Ulama Syafi’i berkata mengenai kaedah ini,
ุงَْูุฃَุตَْู ِูู ุงَْูุนِุจَุงุฏَุฉِ ุงَูุชََُّّููู
“Hukum asal ibadah adalah tawaqquf (diam sampai datang dalil).” Perkataan di atas disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (5: 43).
Imam Ahmad dan para fuqoha ahli hadits -Imam Syafi’i termasuk di dalamnya- berkata,
ุฅَّู ุงْูุฃَุตَْู ِูู ุงْูุนِุจَุงุฏَุงุชِ ุงูุชَُِّْูููู
“Hukum asal ibadah adalah tauqif (menunggu sampai adanya dalil)” (Dinukil dari Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 29: 17).
✳ Sebab-sebab Munculnya Amalan Tanpa Tuntunan
Pertama: Tidak memahami dalil dengan benar.
Kedua: Tidak mengetahui tujuan syari’at.
Ketiga: Menganggap suatu amalan baik dengan akal semata.
Keempat: Mengikuti hawa nafsu semata ketika beramal.
Kelima: Berbicara tentang agama tanpa ilmu dan dalil.
Keenam: Tidak mengetahui manakah hadits shahih dan dho’if (lemah), mana yang bisa diterima dan tidak.
Ketujuh: Mengikuti ayat-ayat dan hadits yang masih samar.
Kedelapan: Memutuskan hukum dari suatu amalan dengan cara yang keliru, tanpa petunjuk dari syari’at.
Kesembilan: Bersikap ghuluw (ekstrim) terhadap person tertentu. Jadi apapun yang dikatakan panutannya (selain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), ia pun ikuti walaupun itu keliru dan menyelisih dalil.
(Disarikan dari Al Bida’ Al Hauliyah, ‘Abdullah bin ‘Abdil ‘Aziz bin Ahmad At Tuwaijiri, hal. 37-68, Darul Fadhilah, cetakan pertama, 1421 H).
Umar bin ‘Abdul ‘Aziz juga pernah berkata:
ู
َْู ุนَุจَุฏَ ุงََّููู ุจِุบَْูุฑِ ุนِْูู
ٍ َูุงَู ู
َุง ُْููุณِุฏُ ุฃَْูุซَุฑَ ู
ِู
َّุง ُูุตِْูุญُ
“Siapa yang beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang ia perbuat lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh.” (Majmu’ Al Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 2: 282)
Agar ibadah diterima di sisi Allah, haruslah terpenuhi dua syarat, yaitu:
1. Ikhlas karena Allah.
2. Mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (ittiba’).
wallahu ta’ala a’lam bish shawab.
Alkhamdulillah
Terimakasih Semoga Bermanfaat
๐ป๐ป๐ป
Comments
Post a Comment
Silakan mengisi komentar di sini...
Maaf, Mohon Bagi yang copy paste JANGAN Lupa Linknya yang punya juga di sertakan