tag:blogger.com,1999:blog-50590738732997634192024-03-19T12:07:53.697+07:00(TIPS | INFO | MEDIA | SOLUTIONS) "FULFILLMENT OF ANY NEED FOR BETTER LIFE AGAIN" || NurrozidNurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.comBlogger356125tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-8447027954728575022024-03-19T08:26:00.001+07:002024-03-19T08:26:56.971+07:00SEJAK DAHULU SUDAH ADANYA UJUB | SOMBONG MEMBUAT TERGELINCIR..WASPADA!<div>WASPADA UJUB DALAM BERAMAL</div><div>(By;Ustadz Ammi Nur Baits حَفِظَهُ الله تعالى)</div><div><br></div><div>🗓️ Senin, 18 Maret 2024</div><div>بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم</div><div><br></div><div>Penyakit ujub menjadi sebab amal seorang hamba gagal :</div><div><br></div><div>1. Gagal menyelesaikan amalnya</div><div>2. Gagal mendapatkan hasilnya</div><div><br></div><div>Allah سبحانه و تعالى berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 30</div><div><br></div><div>وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ</div><div><br></div><div>Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".</div><div><br></div><div>Iblis pada awalnya adalah jin yang rajin ibadah dari kalangan jin-jin yang lainnya. Iblis menyimpan penyakit ujub merasa hebat dengan ibadahnya namun penyakit ini tidak tampak ketika Allah belum ciptakan sebabnya, namun ketika Allah ciptakan Adam dengan kelebihan ilmu yang tidak dimiliki iblis & malaikat maka tampak buktinya, sebagaimana Allah سبحانه و تعالى berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 31</div><div><br></div><div>وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلْأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِى بِأَسْمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ</div><div><br></div><div>Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"</div><div><br></div><div>Kemudian firmanNya dalam Surat Al-Baqarah Ayat 32</div><div><br></div><div>قَالُوا۟ سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ</div><div><br></div><div>Artinya: Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".</div><div><br></div><div>Allah سبحانه و تعالى berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 34</div><div><br></div><div>وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَٱسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ</div><div><br></div><div>Artinya: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.</div><div><br></div><div>Iblis enggan bersujud karena merasa lebih baik, sebagaimana firman Allah سبحانه و تعالى dalam Surat Al-A’raf Ayat 12</div><div><br></div><div>قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍ</div><div><br></div><div>Artinya: Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".</div><div><br></div><div>Kemudian firman Nya dalam Surat Al-A’raf Ayat 13</div><div><br></div><div>قَالَ فَٱهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَٱخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ ٱلصَّٰغِرِينَ</div><div><br></div><div>Artinya: Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".</div><div><br></div><div>Karena kesombongan menjadi sebab seorang hamba tidak masuk surga, dari Abdullah bin Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ﷺ-, beliau bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sifat sombong walaupun sebesar biji sawi." Seorang lelaki bertanya, "Sesungguhnya ada orang yang senang jika pakaiannya bagus dan sandalnya pun bagus." Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan. Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia."(Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim).</div><div>wallahu'alam</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div><div><br></div><div>#ujub #amal #iblis #sombong</div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-46225376180734020112024-03-03T00:28:00.001+07:002024-03-03T00:28:35.867+07:00Asal Muasal Nyadran...<div>Ⓜ️𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐒𝐮𝐧𝐧𝐚𝐡 𝐍𝐚𝐛𝐢</div><div><br></div><div>⚠️ RITUAL TRADISI NYADRAN SEBELUM RAMADHAN</div><div><br></div><div>Oleh :</div><div>Ustadz Ammi Nur Baits</div><div><br></div><div>*_Hukum Nyadran Sebelum Puasa Ramadhan_*</div><div>Pertanyaan:</div><div><br></div><div>Assalamu’alaikum</div><div><br></div><div>Apakah nyadran sebelum puasa itu bagian dari ibadah atau ritual yang di benarkan oleh ajaran Islam ?</div><div>terimakasih atas jawabannya.</div><div><br></div><div>Dari: Wiwik Suzuki</div><div><br></div><div>Jawaban:</div><div>Wa alaikumus salam</div><div><br></div><div>*■ NYADRAN MENURUT ISLAM*</div><div>Sebelum membahas hukum nyadran, kita akan melihat bagaimana pengertian nyadran. Dalam wikipedia versi jawa dinyatakan,</div><div>Nyadran iku salah siji prosèsi adat budhaya Jawa awujud kagiyatan setaun sepisan ing sasi Ruwah wiwit saka resik-resik saréan leluhur, mangsak panganan tertamtu kaya déné apem, ater-ater lan slametan utawa kenduri. Jeneng nyadran iki asalé saka tembung sraddha, nyraddha, nyraddhan, banjur dadi nyadran. [http://jv.wikipedia.org/wiki/Nyadran]</div><div><br></div><div>*Terjemahnya kurang lebih,*</div><div>Nyadran adalah salah satu prosesi adat jawa dalam bentuk kegiatan tahunan di bulan ruwah (sya’ban), dari mulai bersih-bersih makam leluhur, masak makanan tertentu, seperti apem, bagi-bagi makanan, dan acara selamatan atau disebut kenduri. Nama nyadran sendiri berasal dari kata Sradha nyradha nyradhan, kemudian menjadi nyadran.</div><div><br></div><div>Dalam keterangan versi indonesia, dinyatakan,</div><div><br></div><div>Nyadran merupakan reminisensi dari upacara sraddha Hindu yang dilakukan pada zaman dahulukala.</div><div>Upacara ini dilakukan oleh orang Jawa pada bulan Jawa-Islam Ruwah sebelum bulan Puasa, Ramadan, bulan di mana mereka yang menganut ajaran Islam berpuasa.</div><div><br></div><div>Upacara sadran ini dilakukan dengan berziarah ke makam-makam dan menabur bunga (nyekar). Selain itu upacara ini juga dilaksanakan oleh orang Jawa yang tidak menganut ajaran Islam.[http://id.wikipedia.org/wiki/Sadran]</div><div><br></div><div>*● Berdasarkan keterangan di atas, kita mengambil kesimpulan tentang status nyadran,*</div><div><br></div><div>*1. Nyadran sejatinya reminisensi (kenangan) dari upacara hindu*</div><div><br></div><div><br></div><div>*2. Nyadran dilestarikan oleh sebagian orang jawa dan menjadi adat mereka*</div><div><br></div><div>*3. Nyadran dilakukan di waktu tertentu, yaitu di bulan sya’ban,* yang oleh orang jawa disebut ulan ruwah.</div><div><br></div><div>*4. Sebagian referensi menyebutkan, kata ruwah merupakan turunan dari kata arwah (ruh).*</div><div>Nyadran bukan semata kegiatan senang-senang, bergembira ria, namun ada unsur ritual tertentu. Keberadaan ritual ini tidak akan lepas dari keyakinan tertentu atau ideologi yang menjadi motivasi utama untuk melakukannya.</div><div><br></div><div>*5. Nyadran tidak hanya dilakukan kaum muslimin,* tapi juga selain penganut islam, seperti kejawen, hindu, dan penganut aliran kepercayaan lainnya.</div><div><br></div><div>*● Mengacu pada beberapa catatan di atas, kita beralih pada pembahasan hukum nyadran.*</div><div><br></div><div>*Pertama, dengan memahami tradisi nyadran,* kita tentu sepakat nyadran 100% bukan ajaran islam. Hanya saja, oleh sebagian orang jawa diklaim sebagai bagian dari islam. Mulai dari sejarah yang melatar belakanginya, hingga perjalanannya, bukti nyata nyadran bukan ajaran islam. Bahkan sejatinya, nyadran merupakan reminisensi ajaran hindu. Di sebagian situs berita dirilis, Umat Islam dan katholik Nyadran bersama. Sungguh aneh jika masih dianggap ajaran islam??</div><div><br></div><div>Salah satu fenomena akhir zaman, yang dialami umat Islam, membeo kepada orang kafir dalam tradisi dan dan ritual mereka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,</div><div><br></div><div>لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ</div><div><br></div><div>Sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan kaum sebelum kalian, sama persis sebagaimana jengkal tangan kanan dengan jengkal tangan kiri, hasta kanan dengan hasta kiri. Sampai andaikan mereka masuk ke liang biawak, kalian akan mengikutinya.” (HR. Bukhari 3456, Muslim 2669 dan yang lainnya).</div><div><br></div><div>Meskipun konteks hadis ini berbicara tentang orang yahudi dan nasrani, tapi secara makna mencakup seluruh kebiasaan kaum muslimin yang mengikuti tradisi dan budaya yang menjadi ciri khas orang kafir.</div><div><br></div><div>Sementara, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah memberikan kaidah, meniru ritual orang kafir, apapun bentuknya, berarti telah meniru kebiasaan mereka. Dan tindakan ini telah melanggar peringatan dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,</div><div><br></div><div>من تشبه بقوم فهو منهم</div><div><br></div><div>Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud 4031- hadis shahih).</div><div><br></div><div>*● Kedua, nyadran dilakukan di waktu tertentu, yaitu bulan ruwah (sya’ban).*</div><div><br></div><div>Masyarakat memilih waktu ini tentu tidak sembarangan. Ada keyakinan yang melatar-belakanginya. Jika tidak, mereka akan melakukannya di sepanjang tahun tanpa mengenal batas waktu. Dan karena itulah mereka menyebut bulan sya’ban sebagai bulan ruwah. Bulan untuk mengirim doa bagi para arwah leluhur. Bagian yang perlu kita garis bawahi di sini, nyadran dilakukan di setiap bulan sya’ban.</div><div><br></div><div>Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallhu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,</div><div><br></div><div>لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا، وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا</div><div><br></div><div>Janganlah kalian menjadikan rumah kalian sebagaimana kuburan. Dan jangan jadikan kuburanku sebagai ‘id.” (HR. Ahmad 8804, Abu Daud 2042, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf 7542 – hadis shahih)</div><div><br></div><div>*● Kesimpulan tentang nyadran di bulan sya’ban ini akan kita kaitkan dengan kata ‘id.*</div><div><br></div><div>Pada hadis di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang umatnya untuk menjadikan kuburan beliau sebagai id. Jika kuburan beliau dilarang, tentu kuburan selain beliau hukumnya lebih terlarang.</div><div><br></div><div>*■ APA MAKNA MENJADIKAN KUBURA N SEBAGAI ID?*</div><div>Terlebih dahulu kita pahami pengertian ‘id</div><div><br></div><div>Dalam Lisan Al-Arab (kamus besar bahasa arab) dinyatakan,</div><div><br></div><div>العِيد هو كلُّ يومٍ فيه جَمْعٌ، واشتقاقه من: عاد يعود، كأنهم عادوا إليه، وقيل: اشتقاقه من: العادة، لأنهم اعتادوه، والجمع أعياد. …. قال ابنُ الأعرابيّ: سُمي العيدُ عيداً لأنه يعود كل سنة بفرح مُجدد</div><div><br></div><div>Id adalah istilah untuk hari yang disana ada kumpul-kumpul, turunan dari kata: ‘ada ya’uudu (yang artinya kembali), karena masyarakat selalu kembali melakukannya. Ada juga yang mengatakan, turunan dari kata Al-Adah (adat), karena masyarakat membiasakannya. Bentuk jamaknya, a’yaad. Ibnul A’rabi mengatakan: Dinamakan ‘id karena hari raya itu kembali dirayakan dengan kebahagiaan tertentu.’ (Lisanul ‘Arab, 3/315)</div><div><br></div><div>Syaikhul Islam dalam Al-Iqtidha mengatakan,</div><div><br></div><div>فالعيد اسم لم يعود من الأجتماع على وجه معتاد ,عائد آما بعود السنة أو بعود الأسبوع أو الشهر أو نحو ذلك</div><div><br></div><div>id adalah istilah untuk menyebut kegiatan kumpul-kumpul karena kebiasaan, yang selalu dilakukan berulang, baik tahunan, setiap pekan, maupun bulanan."(Iqidha shirat Al-Mustaqim, 1/394)</div><div><br></div><div>Berdasarkan keterangan di atas, dapat kita simpulkan bahwa suatu kegiatan bisa disebut ‘id, jika memiliki kriteria,</div><div>Ada acara kumpul-kumpul untuk kegiatan tertentu</div><div><br></div><div>Dilakukan pada waktu tertentu atau tempat tertentu, yang ini menjadi latar belakang mereka berkumpul</div><div>Dijadikan adat dan kebiasaan masyarakat. Baik karena alasan agama atau lainnya.</div><div><br></div><div>Karena itulah, kegiatan kaum muslimin di hari jumat disebut ‘id. Karena mereka berkumpul pada hari itu, dan menjadi tradisi kaum muslimin. Berbeda dengan acara kajian yang dilakukan setiap hari tertentu. Semacam ini tidak disebut ‘id, karena mereka berkumpul bukan atas motivasi tempat atau waktu, tapi karena mengikuti kajian.</div><div><br></div><div>Memahami hal ini, kegiatan nyadran yang dilakukan kaum muslimin bisa disebut id. Karena semua kriteria ‘id ada di sana. Ada acara kumpul-kumpul, dilakukan di kuburan, setiap sya’ban, dan itu menjadi tradisi masyarakat.</div><div><br></div><div>Menyadari hal ini, sejatinya tradisi nyadran melanggar hadis dari Abu Hurairah di atas, dimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang menjadikan kuburan sebagai ‘id. Beliau melarang kuburan dijadikan tempat kumpul-kumpul untuk kegiatan nyekar bersama.</div><div><br></div><div>*Ketiga, dalam kegiatan nyadran ada unsur ritual tertentu*</div><div>Ritual ini tidak lebih hanya meminjam istilah dalam islam untuk melengkapi acara semacam ini. Agar bisa diterima kaum muslimin sebagai bagian ajaran islam. Tentu saja ini adalah tindak kriminal terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau tidak pernah mengajarkan demikian kepada umatnya. Bagaimana mungkin bisa diyakini sebagai bagian dari islam. Bukankah ini sama halnya dengan berdusta atas nama beliau? Itulah yang dimaksud tindakan kriminal terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.</div><div><br></div><div>Imam Malik pernah mengatakan,</div><div><br></div><div>من ابتدع في الإسلام بدعة فرآها حسنة فقد زعم أن محمدا صلى الله عليه وسلم قد خان الرسالة</div><div><br></div><div>Siapa yang melakukan perbuatan bid’ah dalam islam, dan dia anggap itu baik, berarti dia menganggap Muhammad shallallahu alaihi wa sallam berkhianat terhadap risalah.” (Al-Inshaf fima Qiila, hlm. 40).</div><div><br></div><div>*■ DIALOG DAN SANGGAHAN*</div><div>Barangkali ada sebagian yang hendak mempertahankan tradisi ini dengan memberikan alasan. Berikut penjelasannya,</div><div><br></div><div>*1. Bukankah ziarah kubur sesuatu yang disyariatkan, mengapa dilarang?*</div><div>Jawab: Benar, ziarah kubur disyariatkan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahkan memberi motivasi,</div><div><br></div><div>زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْمَوْت</div><div><br></div><div>Lakukanlah ziarah kubur, karena ziarah kubur akan mengingatkan kalian terhadap kematian.” (HR. Nasa’I 2034, Ibn Majah 1572-hadis shahih)</div><div><br></div><div>Dalam keterangan yang kami sampaikan sedikitpun tidak ada larangan untuk melakukan ziarah kubur. Yang dipermasalahkan bukan ziarahnya tapi tradisi nyadrannya. Karena tradisi ini, dari beberapa sisi melanggar beberapa aturan syariat.</div><div><br></div><div>Lebih dari itu, dalam tradisi nyadran tidak kita jumpai adanya motivasi ingat mati. Pernahkah anda jumpai ada orang yang sepulang dari nyadran kemudian menangis karena ingat mati dan sedih memikirkan dosanya?. Yang ada justru sebaliknya, mereka pesta makan-makan di kuburan.</div><div><br></div><div>*2. Dalam tradisi nyadran ada kegiatan mendoakan jenazah*</div><div>Mendoakan jenazah sangat disyariatkan. Allah juga mengajarkan kepada kita untuk mendoakan kaum mukminin yang telah meninggal, sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat di Al-Quran.</div><div><br></div><div>Namun kami belum pernah menjumpai dalil bahwa itu dilakukan secara berjamaah di bulan tertentu. Padahal kita tahu, mayit butuh doa setiap saat, dan syariat membolehkan kita mendoakan jenazah di semua tempat. Dan doa itupun bisa sampai kepada jenazah.</div><div><br></div><div>*3. Dalam tradisi nyadran ada kegiatan mengirim pahala sedekah untuk jenazah*</div><div>Sebagian ulama menegaskan pahala sedekah bisa samai ke jenazah. Namun ini tidak harus berupa makanan dan tidak harus dilakukan di kuburan. Kita bisa sedekah atas nama orang yang sudah meninggal dalam bentuk apapun, tidak harus makanan. Bahkan bersedekah dalam bentuk benda yang lebih permanen, seperti infak untuk pembangunan masjid, pesantren, dst, nilainya lebih baik dan lebih lama dibandingkan makanan yang pengaruhnya cepat habis. Allahu ‘lam</div><div><br></div><div>Sumber :</div><div>https://konsultasisyariah.com/18762-tradisi-nyadran-dan-bersih-desa-sebelum-ramadhan.html</div><div>Dipublikasikan ulang oleh</div><div>𝑨𝒅𝒎𝒊𝒏 </div><div>Ⓜ️𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐒𝐮𝐧𝐧𝐚𝐡 𝐍𝐚𝐛𝐢</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div><div><br></div><div><br></div><div>📕...............................✍🏻</div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-90967963677154318602024-02-14T15:56:00.001+07:002024-02-14T15:56:46.701+07:00Do'a Hari Ini..Negeri Indonesia sedang Pemilu LUBER "Langsung Umum Bebas Rahasia" | JURDIL " Jujur & Adil"<div><b><i>DOA HARI INI</i></b></div><div>Semoga Allah memberikan kita pemimpin terbaik</div><div><br></div><div>📝 <i><u>Doa Pertama</u></i></div><div><br></div><div>ِاللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ إِمَارَةِ الصِّبْيَانِ وَالسُّفَهَاء</div><div><br></div><div>ALLAHUMMA INNI A’UDZUBIKA MIN IMAAROTISSHIBYAAN WAS SUFAHAA’.</div><div><br></div><div>Artinya: "Ya Allah, sungguh kami berlindung kepada-Mu dari pemimpin yang kekanak-kanakan dan dari pemimpin yang bodoh." (Ini adalah doa dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, disebutkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 66)</div><div><br></div><div>📝 <i><u>Doa Kedua</u></i></div><div><br></div><div>اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ فِيْنَا وَلَا يَرْحَمُنَا</div><div><br></div><div>ALLAHUMMA LAA TUSALLITH ‘ALAINAA BIDZUNUBINAA MAN LAA YAKHAAFUKA FIINAA WA LAA YARHAMUNAA.</div><div><br></div><div>Artinya: “Ya Allah, dikarenakan dosa-dosa kami, janganlah Engkau kuasakan orang-orang yang tidak takut kepada-Mu di tengah-tengah kami dan tidak pula menyayangi kami.”</div><div><br></div><div>📝 <i><u>Doa Ketiga</u></i></div><div><br></div><div>اللّهُمَّ وَلِّ عَلَيْنَا خِيَارَنا وَلَا تُوَلِّ عَلَيْنا شِرَارَنا.</div><div><br></div><div>ALLAHUMMA WALLI 'ALAINAA KHIYARONAA WA LAA TUWALLI 'ALAINAA SYIRORONAA</div><div><br></div><div>Artinya: "Ya Allah, jadikanlah orang terbaik kami sebagai pemimpin kami. Jangan Engkau berikan kekuasaan itu pada orang yang jahat dari kami."</div><div><br></div><div>📝 <i><u>Doa Keempat</u></i></div><div><br></div><div>اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ</div><div><br></div><div>ALLAHUMA ASH-LIH WULAATA UMUURINAA. AALLAHUMA WAFFIQHUM LIMA FIIHI SHOLAAHUHUM WA SHOLAAHAL ISLAM WAL MUSLIMIIN. AALLAHUMA A'INHUM 'ALAL QIYAAM BI MAHAAMIHIM KAMA AMARTAHUM, YA ROBBAL 'AALAMIIN. ALLAHUMA AB'ID 'ANHUM BITHONATAS SUU' WAL MUFSIDIIN WA QORRIB ILAIHIM AHLAL KHOIRI WAN NAASHIHIIN, YA ROBBAL ALAMIN. ALLAHUMA ASH-LIH WULAATA UMUURIL MUSLIMIIN FII KULLI MAKAAN.</div><div><br></div><div>Artinya: “Ya Allah, perbaikilah keadaan pemimpin kami. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, perbaikilah keadaan setiap pemimpin urusan kaum muslimin di mana pun mereka berada.”</div><div><br></div><div>-</div><div><br></div><div>❤️ Semoga bisa manfaatkan doa mustajab kita</div><div><br></div><div>Dari ‘Abdush Shomad bin Yazid Al Baghdadiy, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Fudhail bin ‘Iyadh berkata,</div><div><br></div><div>لو أن لي دعوة مستجابة ما صيرتها الا في الامام</div><div><br></div><div>“Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku.”</div><div><br></div><div>Ada yang bertanya pada Fudhail, “Kenapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik.” (Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al Ashfahaniy, 8: 77, Darul Ihya’ At Turots Al ‘Iroqiy)</div><div><br></div><div>-</div><div><br></div><div>Usaha kita adalah memilih pemimpin sesuai kemampuan yang kita anggap dapat membawa maslahat pada dunia dan akhirat. Kalau tidak terpilih, itu sudah di luar kemampuan kita, hasilnya adalah kuasa Allah. Kita hanya pasrah dan tawakal kepada-Nya. Semoga Allah beri pemimpin terbaik.</div><div><br></div><div>Siapa pun yang jadi pemimpin, semoga itulah yang terbaik bagi kita dan membawa maslahat untuk umat. Aamiin.</div><div><br></div><div>Baca selengkapnya di RumayshoCom:</div><div>https://rumaysho.com/38032-kumpulan-doa-untuk-pemimpin-negeri-semoga-allah-berikan-kepada-kita-pemimpin-yang-terbaik.htm.</div><div>Rabu pagi, 4 Syakban 1445 H, 14 Februari 2024 di Darush Sholihin Gunungkidul</div><div>Muhammad Abduh Tuasikal </div><div>Artikel RumayshoCom</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-24950304848812285592024-02-12T08:35:00.001+07:002024-02-12T08:35:11.640+07:00Prinsip Hidup...untuk Mendapatkan Kebarokahan hanya dari Alloh Ta'alla Saja<div><b>Tinggalkan Larangan Secara Mutlak,</b> <b>Kerjakan Perintah Semampunya dengan Maksimal </b></div><div><br></div><div> Manusia adalah hamba Allah, diciptakan Allah, diwafatkan Allah, tinggal di bumi milik Allah, dan diberi rezeki oleh Allah maka sudah seharusnya patuh dan taat dengan syariat Allah yang telah mengatur segala urusan hamba Nya di dunia melalui Al Qur'an & As Sunnah yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ karena beliau ﷺ telah bersabda,</div><div><br></div><div>مابقي شيء يقرب منْ الْجَنَّة ويباعد منْ النَّار إلا وقد بين لكم</div><div><br></div><div>“Tidak tersisa suatu (amalan) pun yang dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka, kecuali sudah dijelaskan semuanya kepada kalian.” (HR. Thobroni dalam Al Mu’jamul Kabir 1647, dishohihkan oleh Syaikh Ali Hasan Al Halabi dalam Ilmu Ushulil Bida’ hal. 19)</div><div><br></div><div> Manusia yang belum paham kewajiban hidup di dunia ini masih melanggar perkara yang dilarang syariat seperti :</div><div><br></div><div>1. Kesyirikan yang dibalut dengan kearifan lokal (sajen, sedekah bumi, larung sesaji, dll)</div><div>2. Kebid'ahan yang sudah menjadi kebiasaan, (upacara peringatan kematian mayyit dll) </div><div>3. Maksiat yang telah banyak melalaikan (musik, zina, khmar, dll)</div><div><br></div><div>hanya karena alasan merasa tidak enak alias "pekewuh" di tengah masyarakat & banyak orang melakukannya.</div><div><br></div><div> Maka perkara ini layak ditinggalkan karena dalam hadits Abu Hurairah mengatakan:</div><div><br></div><div>سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ . رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ</div><div><br></div><div>“Saya telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: apa-apa yang aku larang hendaknya kalian menjauhinya dan apa-apa yang aku perintahkan kepada kalian hendaknya kalian melakukannya semampu kalian. Karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah binasa karena banyaknya pertanyaan mereka dan perselisihan mereka kepada Nabi-Nabi mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)</div><div><br></div><div> Untuk larangan, beliau memerintahkan kita untuk menjauhinya secara mutlak. Sedangkan untuk perintah, beliau memerintahkan kita untuk melakukan perintah tersebut semampu kita.</div><div>Kenapa demikian? Karena untuk menghindari larangan kita semuanya bisa. Sedangkan untuk menjalankan suatu perintah maka sebagian kita bisa dan sebagian tidak. Maka kita hanya dituntut untuk melakukan perintah tersebut semampu kita.</div><div><br></div><div> Oleh karena itu jangan melakukan yang dilarang agama demi mencari ridha manusia. Rasulullah ﷺ bersabda:</div><div><br></div><div>مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ</div><div><br></div><div>“Barangsiapa mencari ridha Allah ketika orang-orang tidak suka, maka akan Allah cukupkan ia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridha manusia, dengan kemurkaan Allah, akan Allah buat ia terbebani oleh manusia“.</div><div><br></div><div>Dalam riwayat lain:</div><div><br></div><div>من التمس رِضا اللهِ بسخَطِ الناسِ ؛ رضِيَ اللهُ عنه ، وأرْضى عنه الناسَ ، ومن التَمس رضا الناسِ بسخَطِ اللهِ ، سخِط اللهُ عليه ، وأسخَط عليه الناسَ</div><div><br></div><div>“Barangsiapa yang mencari ridha Allah walaupun orang-orang murka, maka Allah akan ridha padanya dan Allah akan buat manusia ridha kepadanya. Barangsiapa yang mencari ridha manusia walaupun Allah murka, maka Allah murka kepadanya dan Allah akan buat orang-orang murka kepadanya juga“ (HR. Tirmidzi no.2414, Ibnu Hibban no.276, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).</div><div><br></div><div>Maka patut kita renungkan nasehat emas dari Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi'iy rahimahullah :</div><div><br></div><div>إنَّك لا تقدر أن ترضي الناس كلهم، فأصلح ما بينك وبين الله، ثم لا تبال بالناس.</div><div><br></div><div>"Sesungguhnya engkau tidak akan mampu untuk membuat ridha manusia semuanya, maka perbaikilah hubunganmu dengan Allah, kemudian jangan pedulikan manusia!" (Tawalit Ta'sis, hlm. 136)</div><div><br></div><div>Wallahu'alam</div><div>Yogyakarta, 2 Sya'ban 1445 H</div><div>🌐Broadcasted by </div><div>📲 WhatsApp Grup </div><div>https://bit.ly/nusantaramengaji1</div><div>https://bit.ly/nusantaramengaji2</div><div>https://bit.ly/nusantaramengaji3</div><div>https://bit.ly/nusantaramengaji4</div><div>https://bit.ly/nusantaramengaji5</div><div>https://bit.ly/nusantaramengaji6</div><div>📲 WhatsApp Grup Akhwat</div><div>https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1</div><div>🌐 channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )</div><div>🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/</div><div>© Referensi :</div><div>1. radiorodja.com/47666-hadits-arbain-ke-9-kerjakan-perintah-semampunya-dan-jangan-banyak-bertanya/</div><div>2. @silsilahsahihah</div><div>3. muslim.or.id/2892-kasih-sayang-manhaj-salaf-2.html</div><div><br></div><div><b>Terimakasih Semoga Bermanfaat </b></div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-17382481798802400942024-01-22T09:37:00.001+07:002024-01-22T09:37:37.663+07:00Hal Yang Paling Bermanfaat Bagi Dirinya..<div>HAL BERMANFAAT DALAM URUSAN DUNIA (<b>By. </b>Ustadz Ammi Nur Baits حَفِظَهُ الله تعالى)</div><div><br></div><div>🗓️ Senin, 22 Januari 2024</div><div>🏢 Studio ANB Channel, Krajan, Sleman</div><div><br></div><div>بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم</div><div><br></div><div><i>Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda</i>,</div><div><br></div><div>عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « اَلْمُؤْمِنُ اَلْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ. اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ. وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرُ اللهُ، َوَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ » . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.</div><div><br></div><div>“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu setan.” (HR. Muslim, no. 2664).</div><div><br></div><div>Perkara yang bermanfaat untuk urusan dunia adalah mencari rezeki, walaupun memang rezeki telah ditetapkan Allah namun hamba diperintahkan untuk mengupayakan sebab mencari rezeki. Sehingga menempuh jalan yang paling layak sesuai kondisinya, pekerjaan yang paling baik adalah yang paling cocok dengan dirinya, maka berbeda-beda sesuai kondisi masing-masing orang. </div><div><br></div><div><b><i>Tujuan bekerja adalah :</i></b></div><div><br></div><div><b>1. M</b>emenuhi kebutuhan dirinya dan orang yang harus dinafkahinya (sebab nasab, pernikahan, & kepemilikan)</div><div><b>2. D</b>iniatkan dalam rangka untuk mencukupi dirinya sehingga tidak meminta-minta kepada makhluk, </div><div><b>3. D</b>iniatkan ibadah dalam wujud harta berupa nafkah, sedekah, zakat, haji, umroh dll.</div><div><b>4. D</b>iniatkan bekerja yang halal menjauhi yang haram, </div><div><b>5. Di</b>sesuaikan dengan kemampuan dan passion-nya.</div><div><b>6. D</b>iiringi tawakal, tidak bersandar kepada kemampuannya semata dengan banyak berdoa memohon kemudahan. </div><div><b>7. S</b>elalu meminta kepada Allah agar rezekinya diberkahi, maka harus didasari takwa dan niat yang baik, memberikan kemudahan orang lain ketika bertransaksi, dan akhlak yang baik</div><div><br></div><div><i>Maka dari itu ketika dia bekerja dapat bernilai ibadah disisi Allah.</i> </div><div><br></div><div>Pekerjaan apa yang paling baik? ada beberapa pendapat diantaranya bertani, berdagang, manufaktur, maka yang paling afdhal adalah apa yang paling manfaat bagi dirinya. Wallahu'alam</div><div><br></div><div>YouTube : </div><div>https://youtube.com/live/iSxWREMUT-A?feature=share</div><div>Facebook :</div><div>https://www.facebook.com/UstadzAmmiNurBaits/videos/804198178209987/</div><div>#dunia #manfaat #niat #pekerjaan</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-74661992524285348142024-01-15T09:42:00.001+07:002024-01-15T09:42:42.191+07:00Cara & Trik melerai Pertikaian antar Anak<div><i>_Serial Fiqih Pendidikan Anak - No: 187_</i></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgs5xMnP2k5NSglEGhNYwflMjmTXmtntjLoq_LIALlLdUyLNuuDXZhrKfKSrzhKXbCD0p9ZfEG90MHTB2ijARsu-oh1dRqMc9Mc5MuNHoKU7Jlb1aAJbnJ5r2Rwr-mvfD3TI5OJQtJ1MiBDGCV3CqeRpDH8MpoiYA2vKdONpPHEDzXxhADMZi3pAJY1CntX" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgs5xMnP2k5NSglEGhNYwflMjmTXmtntjLoq_LIALlLdUyLNuuDXZhrKfKSrzhKXbCD0p9ZfEG90MHTB2ijARsu-oh1dRqMc9Mc5MuNHoKU7Jlb1aAJbnJ5r2Rwr-mvfD3TI5OJQtJ1MiBDGCV3CqeRpDH8MpoiYA2vKdONpPHEDzXxhADMZi3pAJY1CntX" width="400">
</a>
</div><br></div><div> <b>MELERAI PERTIKAIAN ANTAR ANAK</b></div><div><br></div><div>Pertikaian bahkan perkelahian fisik antar kakak-adik kerap terjadi. Akibatnya ada sebagian orang tua yang menganggapnya biasa, sehingga merasa tidak perlu melerai. Padahal Nabi _shallallahu ‘alaihi wasallam_ saat menghadapi kasus serupa, tidak membiarkannya. Jabir bin Abdullah _radhiyallahu ‘anhu_ bercerita,</div><div><br></div><div>_“Dua bocah berkelahi. Bocah pertama dari golongan Muhajirin, dan yang kedua dari golongan Anshar. Akhirnya bocah pertama berteriak, “Wahai orang-orang Muhajirin!”. Bocah kedua berteriak, “Wahai orang-orang Anshar!”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun keluar dan berkata, “Apa-apaan ini! Mengapa slogan jahiliyah kembali diteriakkan?”. Para sahabat menjelaskan, “Tidak wahai Rasulullah. Ini ada dua bocah berkelahi. Salah satunya memukul pantat temannya”. Beliau bersabda, “Baiklah. Seorang muslim harus membantu saudaranya yang berbuat zalim atau yang terzalimi. Bila ia berbuat zalim, maka bantulah ia dengan mencegahnya dari kezaliman itu. Namun bila terzalimi, maka bantulah ia dengan cara menolongnya”._ HR. Muslim (no. 2584).</div><div><br></div><div> <b>Langkah-langkah Praktis Melerai</b></div><div> </div><div>Berikut beberapa langkah praktis melerai pertikaian yang terjadi di antara anak-anak:</div><div><br></div><div><b>Pertama</b>: <b>Emosi orang tua jangan terpancing</b></div><div> </div><div>Sebab ayah atau ibu harus berperan sebagai juru damai. Bila histeris atau panik; maka ia akan menjadi bagian dari masalah, bukan solusi masalah. Jika emosi akan terpancing, bacalah ta’awudz dan lakukanlah relaksasi pernapasan. Dengan cara menarik napas dalam-dalam dan tahan di dalam paru dengan hitungan 1-4. Lalu keluarkan udara secara perlahan-lahan. Hingga tubuh menjadi kendur dan terasa rileks.</div><div><br></div><div><b>Kedua</b>: <b>Jangan berpihak sebelum</b> memahami duduk permasalahan</div><div><br></div><div>Tidak sedikit orang tua yang terburu-buru menyimpulkan bahwa yang salah adalah kakak dan yang benar adalah adik. Padahal belum tentu kenyataannya demikian. Bila sikap ini terjadi berulang kali, bisa mengakibatkan munculnya perasaan dendam di hati anak yang terzalimi.</div><div><br></div><div>Padahal pertikaian itu terjadi karena ada sebabnya. Bisa jadi salah satu anak di pihak yang benar dan yang lain salah, atau dua-duanya salah, atau dua-duanya benar, namun akibat salah paham, terjadilah pertengkaran. Maka berilah kesempatan yang sama kepada keduanya untuk bercerita. Biasanya masing-masing anak akan membela diri dan menyalahkan lawannya. Namun bila mendengarkannya secara seksama dan dengan kepala dingin, _insyaAllah_ akan bisa disimpulkan siapa yang benar dan siapa yang salah.</div><div><br></div><div><b>Ketiga: Redakan dengan pengalihan</b></div><div><br></div><div>Salah satu cara bagus untuk meredakan amarah adalah metode pengalihan. Yakni dengan melakukan kegiatan lain. Misalnya orang tua bercerita tema berbeda, atau mengajak mereka jalan-jalan keluar rumah, atau membeli jajan, atau bermain bersama. Sehingga fokus mereka tidak lagi kepada pertengkaran. Justru perhatian mereka teralihkan terhadap aktivitas baru yang tidak ada hubungannya dengan pertengkaran. Ini sangat manjur untuk meredakan tensi pertengkaran.</div><div><br></div><div><b>Keempat: Nasehati saat suasana kondusif</b></div><div><br></div><div>Agar nasehat efektif dan bisa diterima, perlu pemilihan waktu yang pas. Biasanya, nasehat kurang mendapatkan respon yang baik, bila orang yang dinasehati sedang tidak _mood._ Maka, bila pertengkaran antar anak sudah mereda dan suasana mulai mencair; nasehatilah mereka. Ajak mereka untuk berpikir betapa buruknya pertengkaran antar saudara, terlebih sesama muslim, yang justru seharusnya selalu akur ibarat satu tubuh. Tanamkan nasehat Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ yang menyebutkan bahwa yang tua harus menyayangi yang muda, dan yang muda harus menghormati yang tua:</div><div> </div><div>»لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا«</div><div>_“<i><b>Bukan termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dan tidak menghormati yang lebih tua</b></i>”._ HR. Tirmidziy (no. 1919) dan dinilai sahih oleh al-Albaniy. </div><div>(By. Ustadz Abdullah Zaen)</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-21426946719097551232023-11-02T10:05:00.001+07:002023-11-02T10:48:14.289+07:00Al-Kisah Tiga Orang Yang di Uji <div>KISAH TIGA ORANG YANG DIUJI</div><div>Ustadz Ammi Nur Baits حَفِظَهُ الله تعالى</div><div>🗓️ Kamis, 2 November 2023</div><div>🏢 Masjid As-Salaam, Minomartani, Sleman</div><div><br></div><div>بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم</div><div><br></div><div>Melanjutkan pembahasan hadits dalam kitab Riyadhus Shalihin tentang kisah tiga orang yang diuji : </div><div><br></div><div>Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya ia mendengar Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya ada tiga orang dari kaum Bani Israil, yaitu orang supak -yakni belang-belang kulitnya-, orang botak dan orang buta.</div><div> Allah hendak menguji mereka itu, kemudian mengutus seorang malaikat kepada mereka. </div><div><b>1> </b>Ia mendatangi orang supak lalu berkata: “Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?” Orang supak berkata: “Warna yang baik dan kulit yang bagus, juga lenyaplah kiranya penyakit yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini.</div><div>” Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah kotoran-kotoran itu dari tubuhnya dan dikaruniai -oleh Allah Ta’ala- warna yang baik dan kulit yang bagus. Malaikat itu berkata pula: “Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?” Orang itu menjawab: “Unta.” Atau katanya: “Lembu,” yang merawikan hadits ini sangsi -apakah unta ataukah lembu. Ia lalu dikaruniai unta yang bunting, kemudian malaikat berkata: “Semoga Allah memberi keberkahan untukmu dalam unta ini.” </div><div><b>2> </b>Malaikat itu seterusnya mendatangi orang botak, kemudian berkata: “Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?” Orang botak berkata: “Rambut yang bagus dan lenyaplah kiranya apa-apa yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini.” Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah botak itu dari kepalanya dan ia dikarunia rambut yang bagus. Malaikat berkata pula: “Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?” Ia berkata: “Lembu.” Iapun lalu dikaruniai lembu yang bunting dan malaikat itu berkata: “Semoga Allah memberikan keberkahan untukmu dalam lembu ini.</div><div><b>3> </b>”Akhirnya malaikat itu mendatangi orang buta lalu berkata: “Keadaan bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?” Orang buta menjawab: “Yaitu hendaknya Allah mengembalikan penglihatanku padaku sehingga aku dapat melihat semua orang.” Malaikat lalu mengusapnya dan Allah mengembalikan lagi penglihatan padanya. Malaikat berkata pula: “Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?” Ia menjawab: “Kambing.” Iapun dikarunia kambing yang bunting -hampir beranak. Yang dua ini -unta dan lembu melahirkan anak-anaknya dan yang ini -kambing- juga melahirkan anaknya. </div><div><b>>></b>Kemudian yang seorang -yang supak- mempunyai selembah penuh unta dan yang satunya lagi -yang botak- mempunyai selembah lembu dan yang lainnya lagi -yang buta- mempunyai selembah kambing. Malaikat itu lalu mendatangi lagi orang -yang asalnya- supak dalam rupa seperti orang supak itu dahulu keadannya -yakni berpakaian serba buruk- dan berkata: “Saya adalah orang miskin, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam berpergianku ini.</div><div>Maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama Allah yang telah mengaruniakan padamu warna yang baik dan kulit yang bagus dan pula harta yang banyak, sudi kiranya engkau menyampaikan maksudku dalam berpergianku ini -untuk sekedar bekal perjalanannya.” Orang supak itu menjawab: “Keperluan-keperluanku masih banyak sekali.” Jadi enggan memberikan sedekah padanya. Malaikat itu berkata lagi: “Seolah-olah saya pernah mengenalmu. Bukankah engkau dahulu seorang yang berpenyakit supak yang dijijiki oleh seluruh manusia, bukankah engkau dulu seorang fakir, kemudian Allah mengaruniakan harta padamu?” Orang supak dahulu itu menjawab: “Semua harta ini saya mewarisi dari nenek-moyangku dulu dan merekapun dari nenek-moyangnya pula.” Malaikat berkata pula: “Jikalau engkau berdusta dalam pendakwaanmu -uraianmu yang menyebutkan bahwa harta itu adalah berasal dari warisan-, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali seperti keadaanmu semula.</div><div><b>>></b>Malaikat itu selanjutnya mendatangi orang -yang asalnya- botak, dalam rupa seperti orang botak dulu -dan keadaannya- yang hina dina, kemudian berkata kepadanya sebagaimana yang dikatakan kepada orang supak dan orang botak itu menolak permintaannya seperti halnya orang supak itu pula. Akhirnya malaikat itu berkata: “Jikalau engkau berdusta, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali sebagaimana keadaanmu semula.” </div><div><b>>></b>Seterusnya malaikat itu mendatangi orang -yang asalnya- buta dalam rupanya -seperti orang buta itu dahulu- serta keadaannya -yang menyedihkan-, kemudian ia berkata: “Saya adalah orang miskin dan anak jalan -maksudnya sedang berpergian dan kehabisan bekal, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam berpergianku ini, maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini, kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama Allah yang mengembalikan penglihatan untukmu yaitu seekor kambing yang dapat saya gunakan untuk menyampaikan tujuanku dalam berpergian ini.</div><div>”Orang buta dahulu itu berkata: “Saya dahulu pernah menjadi orang buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan padaku. Maka oleh sebab itu ambillah mana saja yang engkau inginkan dan tinggalkanlah mana saja yang engkau inginkan. Demi Allah saya tidak akan membuat kesukaran padamu -karena tidak meluluskan permintaanmu- pada hari ini dengan sesuatu yang engkau ambil karena mengharapkan keridhaan Allah ‘Azzawajalla.” Malaikat itu lalu berkata: “Tahanlah hartamu -artinya tidak diambil sedikitpun-, sebab sebenarnya engkau semua ini telah diuji, kemudian Allah telah meridhai dirimu dan memurkai pada dua orang sahabatmu -yakni si supak dan si botak.” [8] (Muttafaq alaih). Dalam riwayat Imam Bukhari kata-kata: La ajhaduka, yang artinya: “Aku tidak akan membuat kesukaran padamu”, itu diganti: La ahmaduka, artinya: “Aku tidak memujimu -menyesali diriku- sekiranya hartaku tidak ada yang engkau tinggalkan karena engkau membutuhkannya.” [9]</div><div><br></div><div>Wallahu’alam</div><div>Terima kasih Semoga Bermanfaat </div><div><br></div><div>YouTube : </div><div>https://www.youtube.com/live/HDplrjNFWsY?feature=shared</div><div><br></div><div>Facebook :</div><div>https://www.facebook.com/UstadzAmmiNurBaits/videos/3583313605275419/?vh=e&mibextid=K8Wfd2</div><div><br></div><div>#botak #buta #unta #lembu #kambing #kulit #harta #miskin</div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-44368992715907906872022-02-19T16:16:00.000+07:002022-02-19T21:19:46.180+07:00Butuh komputer dan aksesoris murah...<a href="https://shp.ee/pheuax9">Komputer | aksesories original murah bergaransi 100%</a> <div><i>Bismillah,</i><br><div> Dunia IPTEK tidak terbendung akan selalu berjalan & berkembang selama masih ada peradaban kehidupan manusia, karena manusia diciptakan Alloh Ta'alla dikaruniai akal fikiran yang kompleks untuk menggali <i>skill </i>setiap pribadi secara maksimal. <div> Untuk menjawab kebutuhan tersebut saya menawarkan permudahan mendapatkan produk murah berkualitas, dengan cara tanyakan langsung kebagian marketing untuk bisa mendapatkan barang original yang bisa memberi garansi 100% uang kembali. </div><div><br></div><div>Terimakasih semoga bermanfaat </div></div></div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-9068126124647436242022-02-19T14:50:00.000+07:002022-02-21T18:45:51.223+07:00Sik...sik..tahu tentang Islam !?<div><i>Bismillah</i>, <i>Alhamdulillah</i> washolatuwasalaamu'ala rosulillah ama ba'du.</div><div><br><div> Islam itu rokhmatanlil'alamiin agama yang benar & diridhoi Alloh Ta'alla..penyempurna dari agama sebelumnya, maksudnya ada syareat yang sebelumnya tidak boleh menjadi boleh & sebaliknya. Misal babi, anjing dulu boleh dikonsumsi sekarang tidak karena banyak mudhorotnya/efek negatifnya lebih banyak dari pada manfaatnya. Ini bukti ke Maha Bijaksananya Alloh sayang pada makhluknya...Tuhanku, Tuhanmu..Tuhan kita. Sesungguhnya sangat beruntunglah orang yang berislam, karena sudah mendapat hidayah.</div><div> Konsekuensi dari islam harus tunduk patuh perintah & larangan dari yang buat yaitu Alloh Subhanahu Wata'alla dengan wahyu melalui rosul-Nya. Dengan islam kita patuh perintah-Nya akan dapat imbalan/balasan yaitu Syurga (sesuai janji-Nya dalam Al-Qur'an & Al-Khadits) suatu tempat yang didambakan semua makhluk sebaik-baik tempat tinggal yang tidak bisa kita bayangkan dengan akal panca indra kita yang sangat terbatas. </div><div> Islam datang sebenarnya fine-fine saja diterima oleh semua kalangan karena memang sudah sempurna & proposional (tidak berlebih-lebihan) untuk semua aspek pengaturan kehidupan yang orientasi duniawipun. </div><div> Kewajiban berislam itu harus berdakwah, berdakwah yang sesuai tuntutan nabi kita Muhammad sholallu'alai wassalam. Banyak macam & cara berdakwah sesuai dengan kemampuan masing-masing individu, misal dengan kita bersikap yang baik dimanapun tempat sudah termasuk, berpakaian yang rapi & sopan juga sudah termasuk, tata bahasa yang halus & sopan juga sudah termasuk dan lain selanjutnya..."<i>Sesungguhnya amal setiap hamba yang dinilai Alloh Ta'alla ibadah adalah usahanya"</i> </div><div> Titik awal mulai bertentangan dari semua kalangan yaitu dengan adanya dakwah...apalagi masalah dengan ilmu Tauhid tentu lebih banyak lagi pertentangannya, karena dianggap merubah kebiasaan/tradisi yang telah lama ada, padahal dalam islam tidak meninggalkan semua tradisi hanya yang sesuai syariat dilanjutkan yang tidak dihilangkan itu saja point yang penting, sebenarnya pertentangan-pertentangan dari semua generasi nabi-nabi zaman dahulu sudah ada mulai zaman nabi Ibrohim Alaihisalaam, sampai sekarang tetap ada, (<i>Qodarulloh)</i></div><div>disini kita memang harus ekstra sabar & selalu berdo'a pada Alloh Ta'alla agar diteguhkan iman bisa istiqomah, aamiin (<i>Wallohua'lama bishowab)</i></div></div><div><br></div><div>Terimakasih semoga bermanfaat </div><div>(<u>Diresum dari berbagai sumber asatidz ahlusunnah)</u></div><div>#Tingkatan dalam Islam</div><div>#Orang yang mendapat taufiq </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-11814805894451597202021-03-04T13:25:00.001+07:002021-03-04T13:25:39.476+07:00Pahala Nikah dengan yang Tidak Dicintai <div>▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬</div><div> *🍃PAHALA NIKAH DENGAN*</div><div>*YANG TIDAK DICINTAI🍃*</div><div>▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬</div><div><br></div><div>وقد قيل لأبي عثمان النيسابوري: ما أرجى عملك عندك؟ قال: كنت في صبوتي يجتهد أهلي أن أتزوج، فآبى؛ فجائتني امرأة، فقالت: يا أبا عثمان! إني قد هويتك، وأنا أسألك بالله أن تتزوجني، فأحضرت أباها -وكان فقيرًا- فزوجني، وفرح بذلك، فلما دخلت إلي، رأيتها عوراء عرجاء مشوهة، وكانت لمحبتها لي تمنعني من الخروج، فأقعد حفظًا لقلبها، ولا أظهر لها من البغض شيئًا، وكأني على جمر الغضا١ من بعضها، فبقيت هكذا خمس عشرة سنة حتى ماتت، فما من عملي شيء هو أرجى عندي من حفظي قلبها.</div><div><br></div><div>Ditanyakan kepada Abū Uṡmān an-Naisābūri, “Amal shalih apa yang paling kau harapkan manfaatnya di akhirat?”. Abū Uṡmān lantas bercerita, “Dulu ketika muda keluargaku memaksaku untuk menikah namun aku tidak mau. Suatu hari ada seorang wanita mendatangiku dan mengatakan, “Wahai Abū ‘Uṡmān sungguh aku jatuh cinta kepadamu. Aku memintamu dengan bersumpah kepada Allah agar engkau menikahiku”. Aku pun lantas mendatangi ayahnya dan ayahnya adalah seorang yang miskin. Ayahnya lantas menikahkan aku dengan anak gadisnya dan pernikahan tersebut membuat ayah mertua gembira. Saat malam pertama aku baru pertama kali melihatnya. Ternyata wanita tersebut buta sebelah, berkaki pincang dan berwajah jelek. Karena demikian besar rasa cintanya kepadaku, dia melarangku sering keluar rumah. Aku pun rajin berada di rumah dalam rangka menjaga hatinya. Aku tidak pernah sedikit pun menampakkan rasa tidak suka kepadanya padahal sebenarnya selama berumah tangga aku seakan-akan berada di atas bara api karena hati yang sebenarnya tidak mencintainya. Demikianlah kesabarannya dengan keadaan seperti ini selama 15 tahun lamanya hingga isteriku tersebut meninggal dunia. *Tidak ada satu pun yang lebih kuharapkan manfaatnya di akhirat dibandingkan amal bersabar menjaga hatinya*”. </div><div><br></div><div>📚 Ṣaid al-Khāṭir karya Ibnul Jauzi hlm 405-406, Dār al-Qalam Damaskus.</div><div><br></div><div>Amal andalan, amal yang paling diharapkan manfaatnya di akhirat itu berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya. Ada yang amal andalannya shalat, puasa, baca al-Qur’an, sedekah dll. Ada juga orang yang amal andalannya adalah bersabar.</div><div><br></div><div>```Di antara sabar yang sangat besar nilainya adalah bersabar dengan kekurangan pasangan, suami atau isteri, bersabar untuk mempertahankan rumah tangga dengan segala pengorbanan yang harus dikeluarkan dan bersabar untuk tetap menampakkan cinta dan sayang kepada pasangan meski kondisi hati tidak demikian. Demikianlah kesabaran yang dicontohkan oleh Abū ‘Uṡmān yang menikah dengan seorang wanita yang berparas jelek, berkaki pincang, salah satu matanya buta dan berasal dari keluarga papa tidak punya apa-apa.```</div><div><br></div><div>_Di antara amal istimewa seorang suami adalah menjaga hati dan perasaan isterinya serta menyenangkan hati isteri sebagaimana Abū Uṡmān yang menjaga hati dan perasaan isterinya serta memilih untuk jarang keluar rumah demi menyenangkan isteri._</div><div><br></div><div>Di antara amal shalih berpahala adalah _ibrār al-muqsim_, memenuhi permintaan seseorang yang meminta kepada kita untuk melakukan sesuatu dengan bersumpah menyebut nama Allah. Sebagaimana penjelasan Imam an-Nawawi hukum _ibrār al-muqsim_ itu sunnah muakkadah dengan syarat tidak menyusahkan orang yang dimintai karena dengan melakukannya orang yang meminta dengan nama Allah tersebut tidak terkena kewajiban membayar kaffarah sumpah. Dalam kasus Abū ‘Uṡmān, pada awalnya calon isteri nya bersumpah atas nama Allah agar Abū ‘Uṡmān berkenan menikahinya dan dalam rangka memuliakan nama Allah Abū ‘Uṡmān pun bersedia memenuhi permintaan wanita tersebut. </div><div><br></div><div>```Urgensinya melihat calon sebelum memutuskan untuk menikah dengannya. Kasus yang terjadi pada Abū ‘Uṡmān terjadi karena beliau memutuskan untuk memenuhi permintaan wanita tersebut untuk dinikahi sebelum beliau melihat dan mengetahui fisik dan paras muka wanita tersebut.```</div><div><br></div><div>_Seorang wanita diperbolehkan untuk mengajukan diri agar dinikahi oleh seorang laki-laki yang shalih. Hal ini bukanlah hal yang tercela. Bahkan ini adalah salah satu cara yang dibenarkan oleh syariat agar seorang muslimah mendapatkan pasangan hidup._</div><div><br></div><div>🤲 Semoga Allah anugerahkan kepada penulis dan semua pembaca tulisan ini pasangan hidup yang tulus mencintai. Aamiin.</div><div><br></div><div>*✍️ Dr. Aris Munandar, SS, MPI*</div><div>*🏘️ Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta*</div><div><br></div><div>*NB:*</div><div>📮 Mohon dishare sebanyak-banyaknya. Moga Allahﷻ catat sebagai amal jariyah. </div><div>⛔ Dilarang mengubah teks tulisan dan yang berkaitan dengannya tanpa izin dari penulis.</div><div><br></div><div>*◉▪️◉ ═══ ༻❀○❁○❀༺ ═══ ◉▪️◉*</div><div><br></div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-30863371540934514742020-11-26T07:21:00.001+07:002020-11-26T07:21:36.867+07:00Pemimpin itu..memanage..?!<div>▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬</div><div> *🍃MEMENEJ MANUSIA🍃*</div><div>▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬</div><div><br></div><div>*Al-Imam asy-Syafi'i* mengatakan,</div><div><br></div><div>سِيَاسَةُ النَّاسِ أَشَدُّ مِنْ سِيَاسَةِ الدَّوَابِّ</div><div><br></div><div>*Memimpin banyak orang itu lebih sulit dari pada memimpin kawanan hewan*</div><div><br></div><div>📚 Siyar A'lam an-Nubala' 10/98.</div><div><br></div><div>👑Memimpin dan mengatur banyak orang itu jauh lebih sulit dibandingkan memimpin dan mengatur kawanan hewan. Masing-masing orang memiliki keinginan, ide dan pendapat yang berbeda-beda. </div><div><br></div><div>_Memimpin manusia ini mencakup suami dengan isteri dan anak-anaknya, kepala kantor dengan bawahannya, pak RT dengan rakyatnya dan seterusnya._</div><div><br></div><div>```Profesi semua para nabi sebelum diangkat sebagai nabi adalah penggembala sebagai bentuk latihan untuk memimpin banyak orang.```</div><div><br></div><div>Tugas pokok pemimpin adalah:</div><div><br></div><div>_📌iqomatuddin_, meningkatkan kualitas beragama bawahan yang dipimpin. </div><div><br></div><div>_📌siyasatuddunya_, mewujudkan kemaslahatan duniawi semaksimal mungkin. </div><div><br></div><div>_Program seorang pemimpin/leader akan berjalan dengan baik jika pemimpin tersebut berwibawa dan dipercaya oleh yang dipimpin._</div><div><br></div><div>👑Kewibawaan pemimpin itu terwujud dengan keteladanan dan keadilan. </div><div><br></div><div>```Keadilan akan terwujud dengan tidak pilih kasih dalam bersikap dan kejelasan kontrak, hak dan kewajiban dengan pihak-pihak terkait.```</div><div><br></div><div>_Memimpin banyak orang, baik dalam lingkup keluarga, lingkungan tetangga, tempat kerja dll adalah berinteraksi dengan banyak orang lain._</div><div><br></div><div>Kiat pokok sukses berinteraksi:</div><div><br></div><div>📌 Siap untuk kecewa manakala kenyataan tidak selaras dengan harapan. </div><div><br></div><div>📌 Sabar tanpa batas menghadapi kekecewaan, ketidaknyamanan dll. </div><div><br></div><div>🤲 Semoga Allah berikan kepada penulis dan semua pembaca tulisan ini pemimpin yang mengajak kita untuk makin dekat dengan Allah. Aamiin. </div><div><br></div><div>*✍️ Aris Munandar, SS, MPI*</div><div>*🏘️ Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta*</div><div><br></div><div>*NB:*</div><div>📮 Mohon dishare sebanyak-banyaknya. Moga Allahﷻ catat sebagai amal jariyah. </div><div>⛔ Dilarang mengubah teks tulisan dan yang berkaitan dengannya tanpa izin dari penulis.</div><div><br></div><div>*◉▪️◉ ═══ ༻❀○❁○❀༺ ═══ ◉▪️◉*</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-86015772075883113372020-11-18T08:33:00.001+07:002020-11-18T08:33:50.260+07:00Riya' yang Terselubung yang Jarang di Sadari..<div>✍️ *RIYA' TERSELUBUNG*</div><div><br></div><div>👤 _*Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A*_</div><div><br></div><div>Syaitan tidak berhenti berusaha menjadikan amalan anak Adam tidak bernilai di sisi Allah. Diantara cara jitu syaitan adalah menjerumuskan anak Adam dalam berbagai model riyaa’. Sehingga sebagian orang “KREATIF” dalam melakukan riyaa’, yaitu riyaa’ yang sangat halus dan terselubung. Diantara contoh kreatif riyaa’ tersebut adalah :</div><div><br></div><div>*Pertama:* Seseorang menceritakan keburukan orang lain, seperti pelitnya orang lain, atau malas sholat malamnya, tidak rajin menuntut ilmu, dengan maksud agar para pendengar paham bahwasanya ia tidaklah demikian. Ia adalah seorang yang dermawan, rajin sholat malam, dan rajin menuntut ilmu. Secara tersirat ia ingin para pendengar mengetahui akan amal ibadahnya.</div><div><br></div><div>Model yang pertama ini adalah model riya’ terselubung yang terburuk, dimana ia telah terjerumus dalam dua dosa, yaitu mengghibahi saudaranya dan riyaa’, dan keduanya merupakan dosa besar. Selain itu ia telah menjadikan saudaranya yang ia ghibahi menjadi korban demi memamerkan amalan sholehnya</div><div><br></div><div>*Kedua:* Seseorang menceritakan nikmat dan karunia yang banyak yang telah Allah berikan kepadanya, akan tetapi dengan maksud agar para pendengar paham bahwa ia adalah seorang yang sholeh, karenanya ia berhak untuk dimuliakan oleh Allah dengan memberikan banyak karunia kepadanya.</div><div><br></div><div>*Ketiga:* Memuji gurunya dengan pujian setinggi langit agar ia juga terkena imbas pujian tersebut, karena ia adalah murid sang guru yang ia puji setinggi langit tersebut. Pada hakikatnya ia sedang berusaha untuk memuji dirinya sendiri, bahkan terkadang ia memuji secara langsung tanpa ia sadari. Seperti ia mengatakan, “Syaikh Fulan / Ustadz Fulan…luar biasa ilmunya…, sangat tinggi ilmunya mengalahkan syaikh-syaikh/ustadz-ustadz yang lain. Alhamdulillah saya telah menimba ilmunya tersebut selama sekian tahun…”</div><div><br></div><div>*Keempat:* Merendahkan diri tapi dalam rangka untuk riyaa’, agar dipuji bahwasanya ia adalah seorang yang low profile. Inilah yang disebut dengan “Merendahkan diri demi meninggikan mutu”</div><div><br></div><div>*Kelima:* Menyatakan kegembiraan akan keberhasilan dakwah, seperti banyaknya orang yang menghadiri pengajian, atau banyaknya orang yang mendapatkan hidayah dan sadar, akan tetapi dengan niat untuk menunjukkan bahwasanya keberhasilan tersebut karena kepintaran dia dalam berdakwah</div><div><br></div><div>*Keenam:* Ia menyebutkan bahwasanya orang-orang yang menyelisihinya mendapatkan musibah. Ia ingin menjelaskan bahwasanya ia adalah seorang wali Allah yang barang siapa yang mengganggunya akan disiksa atau diadzab oleh Allah.</div><div><br></div><div>Ini adalah bentuk tazkiyah (merekomendasi) diri sendiri yang terselubung.</div><div><br></div><div>*Ketujuh:* Ia menunjukkan dan memamerkan kedekatannya terhadap para dai/ustadz, seakan-akan bahwa dengan dekatnya dia dengan para ustadz menunjukkan ia adalah orang yang sholeh dan disenangi para ustadz. Padahal kemuliaan di sisi Allah bukan diukur dari dekatnya seseorang terhadap ustadz atau syaikh, akan tetapi dari ketakwaan. Ternyata kedekatan terhadap ustadz juga bisa menjadi ajang pamer dan persaingan.</div><div><br></div><div>*Kedelapan:* Seseorang yang berpoligami lalu ia memamerkan poligaminya tersebut. Jika ia berkenalan dengan orang lain, serta merta ia sebutkan bahwasanya istrinya ada 2 atau 3 atau 4. Ia berdalih ingin menyiarkan sunnah, akan tetapi ternyata dalam hatinya ingin pamer. Poligami merupakan ibadah, maka memamerkan ibadah juga termasuk dalam riyaa’.</div><div><br></div><div>Para pembaca yang budiman, ini sebagian bentuk riyaa’ terselubung, semoga Allah melindungi kita dari terjerumus dalam bentuk-bentuk riyaa’ terselubung tersebut. Tidak perlu kita menuduh orang terjerumus dalam riyaa’ akan tetapi tujuan kita adalah untuk mengoreksi diri sendiri.</div><div><br></div><div>Hanya kepada Allahlah tempat meminta hidayah dan taufiq.</div><div><br></div><div>📥</div><div>#kelas.firanda.com</div><div><br></div><div>🌏 Web | Firanda.com</div><div>📹 Youtube : youtube.com/firandaandirja</div><div>📺 Instagram : instagram.com/firanda_andirja_official</div><div>📠 Telegram : t.me/firanda_andirja</div><div>🎙️ Twitter : twitter.com/firanda_andirja</div><div>📱 Facebook : facebook.com/firandaandirja</div><div>🔊 Soundcloud : soundcloud.com/firanda-andirja</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-83616302072501784142020-09-21T07:33:00.001+07:002020-09-21T07:33:10.444+07:00Janganlah Salah Niat hanya untuk Dunia..<div>UNTUK DUNIA </div><div></div><div>Ada seorang bapak yg memperlakukan shalat Dhuha seperti shalat wajib. Alasan nya karena khawatir tidak dapat rezeki..</div><div></div><div>Ada lagi pemuda yg tak lepas Dhuha tiap hari nya demi mendapatkan bonus tempat kerja nya. Sementara diri nya selalu kesiangan saat shalat subuh..</div><div></div><div>Di tempat berbeda ada yg mengukur banyak nya tahajud yg dilakukan dengan kesuksesan..</div><div>Ada yg begitu getol sedekah cuma demi mendapatkan cash back rupiah di tiap usaha nya..</div><div></div><div>Seorang Tabi'in yg banyak berinteraksi dengan sahabat pernah ditanya, apakah surah dalam Qur'an yg paling sering membuat para sahabat menangis..?, Lalu dijawab : surah HUD..</div><div>Kemudian ditanyakan lagi ayat berapakah dari surah tersebut yg membuat para sahabat menangis..? Dan dijawab : ayat 15-16..</div><div></div><div>Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:</div><div></div><div>مَنْ كَا نَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَ زِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَا لَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ</div><div></div><div>"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan."</div><div></div><div>اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ لَـيْسَ لَهُمْ فِيْ الْاٰ خِرَةِ اِلَّا النَّا رُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ</div><div></div><div>"Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan."</div><div>(QS. Hud : Ayat 15-16)</div><div></div><div>Inilah alasan kenapa Abdurahman bin Auf sering menangis ketika mendapatkan kenikmatan duniawi. Sahabat yg mulia ini khawatir bila kenikmatan di dunia saat ini merupakan nikmat akhirat yg disegerakan. Hingga kelak di akhirat tak didapatkan lagi nikmat² itu..</div><div></div><div>Luruskan lagi niat² kita..</div><div>Dhuha kita jangan diukur dengan bertambah nya rezeki..</div><div>Tahajjud kita jangan diukur dengan pesat nya bisnis kita..</div><div>Sedekah kita jangan diukur dengan mewah nya rumah dan kendaraan..</div><div></div><div>Ukurlah diri kita dengan para sahabat Nabi yg mulia. Seberapa bagus Dhuha, tahajjud, dan sedekah mereka dibanding kita. Sementara mereka banyak juga yg tak hidup dalam kemewahan.</div><div>Kalau ukuran kesuksesan semua karena banyak nya Dhuha, Tahajjud dan Sedekah, tentulah orang² kafir tak ada yg sukses..</div><div></div><div>Luruskan niat..</div><div>Niatkan Dhuha sebagai sedekah untuk 360 ruas sendi kita.</div><div>Niatkan Tahajjud sebagai ibadah tambahan menutup yg kurang².</div><div>Niatkan sedekah kita untuk memadamkan panas nya api neraka..</div><div>Dengan niat begitu maka Insya Allah balasan untuk akhirat kita tetap ada dan dunia kita dipermudah segala urusan nya..</div><div></div><div>Allahu Musta'an..</div><div></div><div>*_Abu Ayyash Al Khawarizmi_*</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-26927593829541451702020-09-15T18:45:00.001+07:002020-09-15T18:45:06.434+07:00Memaafkan orang lain lebih utama & Berpahala besar..<div>▬▬▬▬▬▬▫️•◇✿◇•▫️▬▬▬▬▬▬</div><div> *🍃MAAFKAN SAUDARAMU🍃*</div><div>▬▬▬▬▬▬▫️•◇✿◇•▫️▬▬▬▬▬▬</div><div><br></div><div>*Imam Ahmad bin Hanbal* mengatakan,</div><div><br></div><div>وَمَا يَنْفَعُكَ أَنْ يُعَذِّبَ اللَّهُ أَخَاكَ الْمُسْلِمَ فِيْ سَبَبِكَ </div><div><br></div><div>*Tidak bermanfaat bagi anda jika Allah menimpakan azab untuk saudaramu sesama muslim karena dirimu*</div><div><br></div><div>📚 Siyar A'lam Nubala' 11/261.</div><div><br></div><div>```Memaafkan orang yang menyakiti adalah akhlak mulia yang dimiliki para Nabi semisal Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya dan Nabi Muhammad dengan penduduk Mekkah.``` </div><div><br></div><div>🤝🏻Memaafkan yang istimewa disebut _shofhan jamila_, memaafkan yang indah. Itulah memaafkan tanpa mencela, mengungkit dan menceritakan kembali kezaliman yang pernah dialami. </div><div><br></div><div>_Memaafkan kesalahan orang lain itu memiliki pahala yang besar._</div><div><br></div><div>```Memaafkan itu jauh lebih baik dibandingkan kita menjadi sebab saudara kita, sesama muslim mendapatkan azab di akhirat karena kita tidak memaafkannya.```</div><div><br></div><div>💐Memaafkan orang lain itu berpahala besar. Memaafkan ortu, anak, suami atau isteri pahala jauh lebih besar lagi. </div><div><br></div><div>🤲 Semoga Allah mudahkan penulis dan semua pembaca tulisan ini untuk menjadi orang yang berakhlak mulia, orang yang mudah meminta maaf dan mudah untuk memaafkan. Aamiin. </div><div><br></div><div>*✍️ Aris Munandar, SS, MPI*</div><div>*🏘️ Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta*</div><div><br></div><div>*NB:*</div><div>📮 Mohon dishare sebanyak-banyaknya. Moga Allahﷻ catat sebagai amal jariyah. </div><div>⛔ Dilarang mengubah teks tulisan dan yang berkaitan dengannya tanpa izin dari penulis.</div><div><br></div><div>*◉▪️◉ ═══ ༻❀○❁○❀༺ ═══ ◉▪️◉*</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat</div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-15320878703932360612020-09-15T17:14:00.001+07:002020-09-15T17:14:40.006+07:00Cara mensikapi musibah agar menjadi Pahala & Pelebur Dosa <div>*DUA JENIS MUSIBAH*</div><div><br></div><div>Ada dua macam Musibah:</div><div><br></div><div>تَارَةً إِذَا أُصِيْبَ الْإِنْسَانُ تَذَكَّرَ الْأَجْرَ وَاحْتَسَبَ هَذِهِ الْمُصِيْبَةَ عَلَى اللَّهِ فَيَكُوْنُ فِيْهَا فَائِدَتَانِ تَكْفِيرُ الذُّنُوْبِ وَزِيَادَةُ الْحَسَنَاتِ </div><div>وَتَارَةً يَغْفُلُ عَنْ هَذَا فَيَضِيْقُ صَدْرُهُ وَيَغْفُلُ عَنْ نِيَّةِ الْاِحْتِسَابِ وَالْأَجْرِ عَلَى اللَّهِ فَيَكُوْنُ فِي ذَلَكَ تَكْفِيرًا لِسَيِّئَاتِهِ</div><div><br></div><div>_"Terkadang jika seorang itu tertimpa kesusahan dia ingat pahala dan berharap pahala musibah kepada Allah. Kesusahan seperti ini mengandung dua manfaat, menghapus dosa dan menambah pahala.”_</div><div><br></div><div>_“Terkadang orang yang dirundung kesusahan lupa hal di atas. Dadanya terasa sempit karena kesusahan yang dihadapi. Dia lupa pasang niat mengharap pahala musibah kepada Allahﷻ , Kesusahan jenis ini hanya mengandung satu manfaat saja yaitu menghapus dosa.”_</div><div><br></div><div>(Syarh Riyadhus Shalihin 1/243)</div><div><br></div><div>Seorang muslim itu demikian istimewa di sisi Allahﷻ Musibah yang dialami seorang muslim itu pasti bermanfaat asalkan tidak berkeluh kesah.</div><div> </div><div>Bagi seorang muslim musibah, derita, repot dan kesusahan dengan berbagai bentuk, jodoh yang tak kunjung, datang, belum diberi momongan, anak yang nakal, suami yang suka bikin sebel, isteri yang suka cerewet, dosen yang killer, tetangga yang suka bikin jengkel, atasan yang sadis dll. itu ada dua macam:</div><div><br></div><div>❶. Musibah yang direspon baik sangka kepada Allahﷻ ingat hadits-hadits tentang manfaat musibah lalu berharap agar termasuk orang yang mendapatkan manfaat dan pahala tersebut.</div><div><br></div><div>Musibah seperti ini membuahkan dua hal: Menghapus dosa dan menambah pahala.</div><div><br></div><div>Seorang itu tidak akan bisa ingat hadits-hadits tentang pahala dan manfaat musibah kecuali jika belajar agama. </div><div>Ini diantara hal yang menunjukkan bedanya orang yang rajin ngaji dan yang belum rajin ngaji (baca: belajar agama). </div><div><br></div><div>❷. Musibah yang direspon dengan dada sesak karena musibah dan tidak terpikirkan adanya pahala dibalik musibah. Musibah jenis ini hanya berbuah satu manfaat besar, terhapusnya dosa. Adanya dua jenis musibah ini tidak berlaku untuk non muslim.</div><div><br></div><div>Moga Allah ﷻ jadikan penulis dan pembaca tulisan ini orang-orang yang bisa menyikapi derita kehidupan dengan baik sehingga derita yang terasa bisa menghapus dosa dan berbuah pahala. Aamiin.</div><div><br></div><div>Penulis : *Ustadz Aris Munandar SS., M.P.I* (Pengajar dan Pembina Pondok Pesantren Hamalatul Quran Yogyakarta)</div><div><br></div><div>💌</div><div>Facebook : Pondok Pesantren Hamalatul Quran</div><div>IG : @hamalatul.quran</div><div>YT : Hamalatul Quran TV</div><div>Telegram, Website : hamalatulquran.com</div><div><br></div><div>_Silahkan disebarkan.._</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-20851625554463845632020-05-31T15:07:00.001+07:002020-05-31T15:07:17.300+07:00Indikator Mendapat Keberkahan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFe45zCB9OSTqGqwOpy1Kwud47pC0Fvd-xi8eYNAkOA0-rBS3fVV_12D9YmrCqUX4speKpVj8BWIJrfP43c1bBADvDo40tj6EBO7VjSTHLXjYnCwl0BYFxjNUgOIYfh5aHYxhlSEAlbx1F/s1600/1590912431179296-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFe45zCB9OSTqGqwOpy1Kwud47pC0Fvd-xi8eYNAkOA0-rBS3fVV_12D9YmrCqUX4speKpVj8BWIJrfP43c1bBADvDo40tj6EBO7VjSTHLXjYnCwl0BYFxjNUgOIYfh5aHYxhlSEAlbx1F/s1600/1590912431179296-0.png" width="400">
</a>
</div><div>▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬</div><div> *🍃 INDIKATOR BAROKAH 🍃*</div><div>▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬</div><div><br></div><div>وَالْبَرَكَةُ هِيَ ثُبُوتُ الْخَيْرِ الْإَلَهِيْ فِي الشَّيْءِ. فَإِنَّهَا إِذَا حَلَّتْ فِيْ قَلِيْلٍ كَثَّرَتْهُ وَإِذَا حَلَّتْ فِيْ كَثِيْرٍ نَفَعَ</div><div>*"Barokah adalah ada kebaikan yang berasal dari Allah pada suatu hal. Sesuatu yang sedikit jika mendapatkan keberkahan, berubah jadi terasa banyak. Sesuatu yang banyak jika mendapatkan keberkahan, terasa sangat besar manfaatnya."*</div><div><br></div><div>📚 Durus al-'Am karya Syaikh Abdul Malik al-Qasim hlm 87, Dar al-Qasim</div><div><br></div><div>🔍 ```Yang dicari oleh seorang muslim dalam hidup ini adalah mendapatkan barokah dalam segala hal, diri, harta, kendaraan, rumah, waktu, istri, anak, ilmu, kawan, dll.``` </div><div><br></div><div> ✒️ *Ada dua indikator keberkahan:* </div><div><br></div><div>1️⃣. Sesuatu yang sedikit jika barokah terasa banyak. Misal umur yang pendek. Namun, barokah bisa menghasilkan karya layaknya orang yang berumur panjang. Harta yang sedikit. Namun, barokah itu bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan selayaknya harta yang banyak. Ilmu agama yang sedikit. Namun, barokah itu membuahkan manfaat yang banyak bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitar. </div><div><br></div><div>2️⃣. Sesuatu yang banyak dan barokah akan membuahkan manfaat yang luar biasa. Misalnya, ilmu agama yang banyak dan barokah bisa memberi manfaat yang mendunia. Umur panjang dan barokah akan membuahkan karya-karya yang monumental dan besar manfaatnya bagi masyarakat luas. </div><div><br></div><div>✅ *Namun, patut diingat bahwa buah paling pokok dari keberkahan adalah menggunakan hal tersebut dalam ketaatan.* </div><div><br></div><div>❤️Suami yang barokah adalah suami yang selalu mendorong istrinya untuk sibuk dengan amal shalih. </div><div><br></div><div>❤️Istri yang barokah adalah istri yang tidak pernah bosan memotivasi suami untuk sibuk dengan hal-hal yang manfaat. </div><div><br></div><div>🚙Kendaraan yang barokah adalah kendaraan yang sampai rusaknya hanya dipakai untuk hal-hal yang manfaat. </div><div><br></div><div>🤲 Semoga Allah selalu meliputi penulis dan semua pembaca tulisan ini dengan barokah-Nya dalam semua hal. Aamiin. </div><div><br></div><div>*✍️ Aris Munandar, SS, MPI*</div><div>*🏘️ Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta 🏘️*</div><div>*NB:*</div><div>📮 Silahkan dishare sebanyak-banyaknya. Moga Allahﷻ catat sebagai amal jariyah. </div><div>⛔ Dilarang mengubah teks tulisan dan yang berkaitan dengannya tanpa izin dari penulis.</div><div><br></div><div>*◉◉═══ ༻❀○❁○❀༺═══ ◉◉*</div><div><br></div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-61914168836743198562020-05-14T09:41:00.001+07:002020-05-14T09:41:55.886+07:00Ulama Berpenghasilan Milyaran, Tapi Tidak Wajib Zakat...<div>🇰 🇮 🇸 🇦 🇭 </div><div>🇺 🇱 🇦 🇲 🇦 </div><div><br></div><div>📜 *Ulama Berpenghasilan Milyaran, Tapi Tidak Wajib Zakat*</div><div><br></div><div><span class="Apple-tab-span"> </span> <span class="Apple-tab-span"> </span> <span class="Apple-tab-span"> </span></div><div>Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,</div><div><br></div><div>Berpenghasilan besar, belum tentu mendapat kewajiban zakat. Karena zakat hanya dibebankan untuk orang yang memiliki harta mengendap satu nishab selama setahun. Meskipun seseorang memiliki harta di atas satu nishab, namun habis sebelum satu tahun, dia tidak wajib zakat.</div><div><br></div><div>Kita akan simak, biografi salah satu ulama besar di masa silam, yang Allah berikan kekayaan melimpah, namun beliau tidak pernah berzakat. Karena hartanya habis sebelum genap setahun.</div><div><br></div><div>Beliau adalah al-Laits bin Sa’d rahimahullah.</div><div><br></div><div>🔖 *_Siapa al-Laits bin Sa’d_*</div><div><br></div><div>al-Laits bin Sa’d bin Abdurrahman. Kunyahnya Abul Harits. Seorang ulama besar di Mesir yang ahli di bidang fiqh dan hadis. Lahir tahun 94 Hijriyah. Beliau ulama tsiqqah (terpercaya) yang terkenal sangat dermawan.</div><div><br></div><div>💰 *_Penghasilan al-Laits_*</div><div><br></div><div>As-Shafadi menceritakan,</div><div><br></div><div>وكان – أي الليث – من الكرماء الأجواد. ويقال: إن دخله كان كل سنة خمسة آلاف دينار، وكان يفرقها في الصلات وغيرها</div><div><br></div><div>Al-Laits termasuk ulama yang sangat dermawan. Diceritakan bahwa penghasilan al-Laits setiap tahun mencapai 5000 dinar. Dan beliau suka membagi-bagikannya ketika shalat dan kegiatan lainnya.</div><div><br></div><div>💻 *_Kita bisa hitung, 5000 dinar itu berapa rupiah?_*</div><div><br></div><div>5000 x 4,25 gr emas, ketemu 21.250 gr emas. 21, 25 kg emas. Subhanallah…</div><div><br></div><div>Sekarang berapa kalo dirupiahkan.</div><div><br></div><div>Anggap 1 gr Rp 500.000, berarti 21.250 x 500.000, ketemunya 10.625.000.000… 10 M + 625 juta.</div><div><br></div><div>Itu kalo dirata-rata sebulannya berapa?</div><div><br></div><div>Kita bagi 12, ketemu 885.416.666,67</div><div><br></div><div>*Subhanallah… penghasilan beliau hampir 1 M sebulan.*</div><div><br></div><div>📃 *_Dalam riwayat lain, penghasilan al-Laits terkadang mencapai 12.000 dinar setahun._*</div><div><br></div><div>Qutaibah menceritakan,</div><div><br></div><div>كان الليث يستغل عشرين ألف دينار في كل سنة وقال ما وجبت علي زكاة قط</div><div><br></div><div>Penghasilan Al-Laits mencapai 12.000 dinar dalam setahun. Dan beliau mengatakan, “Aku tidak pernah mendapat kewajiban zakat.”</div><div><br></div><div>12.000 dinar, kalau dihitung sambel merem gak bisa. 12.000 dinar itu = 25.500.000.000;</div><div><br></div><div>_Subhanallah… 25 M setahun. Berarti sebulannya bisa lebih dari 1 M._</div><div><br></div><div>Tapi… al-Laits tidak pernah zakat.</div><div><br></div><div>*Kok bisa❓*</div><div><br></div><div>Belum setahun, uang itu sudah habis.</div><div> Kemana habisnya?</div><div><br></div><div>Beliau bagi-bagikan. Beliau berikan kepada orang yang membutuhkan. Coba kita tengok sedekahnya al-Laits.</div><div><br></div><div>📌 *_Sedekahnnya al-Laits_*</div><div><br></div><div>Manshur bin Ammar berceritakan,</div><div><br></div><div>أتيت الليث فأعطاني ألف دينار، وقال: صن بهذه الحكمة التي آتاك الله تعالى</div><div><br></div><div>Aku pernah datang ke tempat al-Laits, lalu beliau memberiku 1000 dinar. Beliau berpesan, “Jaga ilmu agama yang Allah berikan kepadamu dengan uang ini.”</div><div><br></div><div>Subhanallah, sedekah 1000 dinar. Sama dengan 4,25 Kg emas. Belum ada tandingannya di zaman sekarang.</div><div><br></div><div>📄 _Dikisahkan, ada seorang wanita yang datang ke al-Laits,_</div><div><br></div><div>Wahai Abul Harits, anak saya sakit, dan dia ingin madu.</div><div><br></div><div>Lalu al-Laits memanggil pembantunya,</div><div><br></div><div>يا غلام، أعطها مِرْطًا من عسل</div><div><br></div><div>“Wahai pembantuku, berikan untuknya madu satu drum.”</div><div><br></div><div>*_Imam al-Laits dikenal suka memberikan hartanya kepada para ulama._*</div><div><br></div><div>Harmalah menceritakan,</div><div><br></div><div>كان الليث بن سعد يصل مالكا بمائة دينار في السنة فكتب مالك إليه علي دين فبعث إليه بخمس مائة دينار</div><div><br></div><div>Bahwa al-Laits pernah menyampaikan kepada Imam Malik 100 dinar dalam setahun. Kemudian Imam Malik mengirim surat ke beliau, “Saya punya utang.” Kemudian al-Laits mengirimkan kepada beliau 500 dinar.</div><div><br></div><div>Beliau juga pernah memberikan 1000 dinar kepada Ibnu Lahai’ah (seorang ulama hadis), beliau juga memberikan uang 1000 dinar kepada Manshur bin Ammar (ulama ahli nasehat).</div><div><br></div><div>📙 *_Keilmuan Imam al-Laits_*</div><div><br></div><div>Beliau sezaman dengan Imam Malik, gurunya Imam as-Syafii. Termasuk generasi tabi’ tabi’in. Beliau pernah menjadi murid beberapa tokoh Tabi’in, seperti Atha’ bin Abi Rabah, Nafi’, Abuz Zubair, Ibnu Syihab az-Zuhri dan beberapa ulama tabi’in lainnya.</div><div><br></div><div>Sementara murid beliau para ulama besar, diantaranya, Ibnu Ajlan, Ibnu Lahai’ah, Ibnu Wahb, Ibnul Mubarok, Yahya bin Bukair, al-Qa’nabi, dan yang lainnya. Mereka deretan ulama besar di zamannya.</div><div><br></div><div>*_Kiat simak pujian ulama untuk Imam al-Laits,_*</div><div><br></div><div>Al-Alla’ bin Katsir mengatakan,</div><div><br></div><div>الليث بن سعد سيدنا وإمامنا وعالمنا</div><div><br></div><div>Al-Laits bin Sa’d pemimpin kami, imam kami, ulama kami.</div><div><br></div><div>Imam Syafi’i pernah memuji beliau,</div><div><br></div><div>الليث بن سعد أفقه من مالك، إلا أن أصحابه لم يقوموا به</div><div><br></div><div>Al-Laits bin Sa’d lebih faqih dari pada Malik, hanya saja, murid-muridnya tidak mengangkat madzhab beliau.</div><div><br></div><div>Imam Ahmad juga memberikan pujian untuk beliau,</div><div><br></div><div>ليث كثير العلم، صحيح الحديث</div><div><br></div><div>Laits, Ilmunya banyak, hadisnya shahih.</div><div><br></div><div>Allah berikan kelebihan imam al-Laits, kaya ilmu kaya dunia. Dan dunia di tangannya hanya digunakan untuk ketaatan kepada Allah. semoga Allah merahmati beliau…</div><div><br></div><div>Allahu a’lam.</div><div><br></div><div>✍ *Ditulis oleh ustadz Ammi Nur Baits (Pembina PengusahaMuslim.com)*</div><div><br></div><div><br></div><div>••• ════ ༻📚༺ ════ •••</div><div><br></div><div>ℛℯ𝓅ℴ𝓈𝓉 𝒷𝓎 :</div><div>🌍Insanpeduli.org</div><div><br></div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat</div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-8229706755459011462020-05-08T16:29:00.001+07:002020-05-08T16:29:12.593+07:00Empat Hal Bekal di Padang Makhsyar..<div>*▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬*</div><div> 💎EMPAT HAL💎 </div><div>*▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬*</div><div><br></div><div>*👤Shahabat Nabiﷺ Abu Dzar al-Ghifari mengatakan :*</div><div><br></div><div>صُوْمُوْا يَوْمًا شَدِيْدًا حَرُّهُ لِطُوْلِ النُّشُوْرِ</div><div>صَلُّوْا رَكْعَتَيْنِ فِي سَوَادِ اللَّيْلِ لِوَحْشَةِ الْقُبُوْرِ كَلِمَةُ خَيْرٍ تَقُوُلُهَا أَوْ كَلِمَةُ سُوُءٍ تَسْكُتُ عَنْهَا لِوُقُوْفِ يَوْمٍ عَظِيْمٍ تَصَدَّقْ بِمَالِكَ لَعَلَّكَ تَنْجُو مِنْ عَسِيْرِهَا</div><div><br></div><div>_"Puasalah di hari yang sangat terik untuk mengurangi lama menunggu di Padang Mahsyar. Kerjakan sholat sunnah dua rakaat saat gelapnya malam untuk menghilangkan kesepian di alam kubur. Ucapkan perkataan yang benar atau jangan ucapkan ucapan keburukan untuk mengurangi kesusahan berdiri di Padang Mahsyar. Sedekahkan hartamu moga dirimu selamat dari kesusahan dunia "_</div><div>📚(Hilyah al-Auliya' 1/165)</div><div><br></div><div>_📜Dalam kutipan di atas Abu Dzar menyampaikan manfaat dari empat kebaikan :_</div><div><br></div><div>*❶.Puasa di siang hari yang panas itu bermanfaat untuk mengurangi panas yang demikian menyengat saat kumpul di Padang Mahsyar.*</div><div><br></div><div>*❷. Sholat malam minimal dua rakaat itu bermanfaat untuk mengurangi kegelapan dan rasa takut karena sendirian di alam kubur.*</div><div><br></div><div>Hal ini menunjukkan bahwa cukup dengan dua rakaat seorang itu sudah disebut mengerjakan sholat malam. </div><div><br></div><div>*❸. Kesusahan untuk mengucapkan kalimat kebenaran atau untuk menahan diri dari berkata-kata yang buruk itu bermanfaat untuk mengurangi kesusahan berdiri di Padang Mahsyar. Kalimat kebanaran itu semisal mengatakan bahwa halal itu halal, haram itu haram, yang salah itu salah siapa pun dia dst.*</div><div><br></div><div>Kata-kata buruk itu semisal caci maki ketika marah, celaan ketika kecewa, minta cerai ketika jengkel sama suami dll</div><div><br></div><div>*❹.Susah dan berat hati untuk bersedekah itu bermanfaat untuk mengurangi kesusahan hidup di dunia. Ini semua menunjukkan bahwa balasan perbuatan kita itu sejenis dengan perbuatan yang kita lakukan.*</div><div><br></div><div>*🖋Penulis : Ustadz Aris Munandar SS M.P.I حفظه الله تعالى*</div><div><br></div><div>*🏘️ Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an Taman tirto Kasihan Bantul Yogyakarta🏘️*</div><div><br></div><div>*NB:*</div><div>📮 Silahkan dishare sebanyak-banyaknya. Moga Allahﷻ catat sebagai amal jariyah. </div><div>⛔ Dilarang mengubah teks tulisan dan yang berkaitan dengannya tanpa izin dari penulis.</div><div><br></div><div>*◉◉═══ ༻❀○❁○❀༺═══ ◉◉*</div><div><br></div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat</div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-3986820193213026112020-05-08T16:21:00.001+07:002020-05-08T16:21:54.037+07:00Kamu ini siapa...Kamu ndak kenal Aku..Haahh..!!? <div>*▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬*</div><div> *🌺HAKEKAT MANUSIA🌺*</div><div>*▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬*</div><div><br></div><div>Suatu ketika al-Muhallab, salah satu penguasa daerah Khurasan, yang berjalan congkak melewati Malik bin Dinar. </div><div>*Malik bin Dinar menegur :*</div><div> "Tidakkah kau tahu bahwa berjalan dengan congkak adalah gaya berjalan yang Allahﷻ benci kecuali sesaat sebelum pertempuran dengan orang kafir dimulai".</div><div> *Respon al-Muhallab :*</div><div> "Tidakkah kau kenal siapa aku? ". Jawaban berkesan disampaikan oleh Malik bin Dinar</div><div><br></div><div>بَلَى، أَوَّلُكَ نُطْفَةٌ مَذِرَةٌ وَآخِرُكَ جِيْفَةٌ قَذِرَةٌ وَأَنْتَ فِيْمَا بَيْنَ ذَلِكَ تَحْمِلُ عَذِرَةٌ</div><div><br></div><div>_Aku kenal siapa dirimu. Awalnya engkau adalah air mani yang baunya tidak sedap. Pada akhirnya engkau akan jadi bangkai yang busuk. Selama engkau hidup kemana mana engkau membawa kotoran di perutmu._</div><div><br></div><div>👤Al-Muhallab tersentuh dengan nasehat ini. </div><div>*Beliau lantas berkomentar :* </div><div>"Para saat ini aku benar-benar mengenal diriku sendiri".</div><div>📚(Siyar A'lam an-Nubala' 5/362)</div><div><br></div><div>💥Sombong itu terlarang dalam semua hal baik sombong dalam cara berbicara, cara berjalan, cara berkendara dll. </div><div>Meski seseorang itu hebat dan terkenal tidak selayaknya berkata kepada orang lain "Tidakkah kau tahu siapa diriku" karena ini adalah ucapan penuh nuansa kesombongan.</div><div><br></div><div>🌺Hakekat manusia adalah berawal dari air mani yang berbau tidak sedap dan menjijikkan. Kehidupan manusia diakhiri dengan menjadi bangkai yang busuk. Semua yang mencintai sepenuh hati pun tidak lagi mau membersamai bangkai busuk ini. </div><div>Selama hidup meski dia wanita cantik rupawan atau lelaki gagah ganteng ke mana-mana membawa kotoran di perut. </div><div><br></div><div>🌺Bahkan wajah yang merupakan pusat kecantikan atau kegantengan adalah produsen berbagai kotoran. Mata memproduksi kotoran. Hidung juga memproduksi materi menjijikkan. Kotoran telinga pun tidak kalah menjijikkan. Ketika lelap tidur mulut pun mengeluarkan cairan menjijikkan. </div><div><br></div><div>Jika demikian hakekat manusia layakkah manusia menyombongkan diri kepada sesama manusia karena harta, pangkat dll?! </div><div>Manusia yang mengerti betul hakekat dirinya akan tawadhu kepada Allahﷻ dan kepala sesama manusia. </div><div><br></div><div>Tawadhu kepada Allahﷻ dengan menerima sepenuh hati semua yang berasal dari Allahﷻ dan rasul Nya. </div><div>Tawadhu kepada manusia dengan tidak merasa lebih unggul dan lebih baik dari pada orang lain.</div><div><br></div><div>*🖋Penulis : Ustadz Aris Munandar SS M.P.I حفظه الله تعالى*</div><div><br></div><div>*🏘️ Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta 🏘️*</div><div><br></div><div>*NB:*</div><div>📮 Silahkan dishare sebanyak-banyaknya. Moga Allahﷻ catat sebagai amal jariyah. </div><div>⛔ Dilarang mengubah teks tulisan dan yang berkaitan dengannya tanpa izin dari penulis.</div><div><br></div><div>*◉◉═══ ༻❀○❁○❀༺═══ ◉◉*</div><div><br></div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat</div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-44629290731403076722020-05-08T16:17:00.000+07:002020-05-08T16:17:46.875+07:00Amalan Juga harus ada yang Andalan...untuk bekal kelak, <div>*▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬*</div><div>*🔅AMALAN SUNNAH ANDALAN 🔅*</div><div>*▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬*</div><div><br></div><div>*👤Ibnu Mas'ud itu jarang-jarang puasa sunnah. Beliau mengatakan :*</div><div><br></div><div>إِذَا صُمْتُ ضَعُفْتُ عَنِ الصَّلَاةِ وَأَنَا أَخْتَارُ الصَّلَاةَ عَنِ الصَّوْمِ </div><div><br></div><div>_"Jika aku berpuasa sunnah aku tidak bisa memperbanyak sholat sunnah. Padahal aku lebih memilih memperbanyak sholat sunnah dibandingkan puasa sunnah "_</div><div>📚(Mukhtasar Minhaj Al-Qashidin hlm 57, al-Maktab al-Islamy). </div><div><br></div><div>Setiap muslim wajib mengerjakan semua ibadah wajib. </div><div>Manusia terbaik adalah orang yang menuntaskan semua ibadah yang wajib dan punya saham dalam semua amal sunnah. </div><div>Tidak semua orang bisa demikian. </div><div><br></div><div>👤Abu Bakar adalah shahabat Nabiﷺ yang punya saham dalam semua amal sunnah setelah setelah tuntas mengerjakan semua ibadah wajib. </div><div><br></div><div>Oleh karena itu Abu Bakar nanti di Akhirat akan dipanggil untuk masuk surga dari semua pintu surga. Akan tetapi secara umum Allahﷻ memberi bakat kegemaran beramal yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain untuk ibadah sunnah. </div><div><br></div><div>Ada yang ringan bersedekah sunnah namun berat berpuasa sunnah. </div><div>Ada yang ringan berpuasa sunnah namun berat jika diminta rajin baca al-Qur'an dst. </div><div><br></div><div>👤Ibnu Mas'ud adalah sahabat Nabi yang ringan untuk memperbanyak sholat sunnah namun kesulitan untuk memperbanyak puasa sunnah. Oleh karena itu puasa sunnah beliau sedikit namun sholat sunnah beliau banyak. </div><div>Hendaknya masing-masing kita mengenali diri kita sendiri sendiri dan mengenali amal sunnah yang menjadi bakatnya. </div><div>Setelah itu maksimalkan bakat tersebut sehingga amal tersebut bisa menjadi amal andalan, amal sunnah yang paling diharapkan bermanfaat baginya di akhirat nanti. </div><div><br></div><div>Orang yang ceroboh adalah orang yang tidak tahu potensi dirinya sehingga tidak memiliki amal andalan. </div><div><br></div><div>*🖋Penulis : Ustadz Aris Munandar SS M.P.I حفظه الله تعالى*</div><div><br></div><div>*🏘️ Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta🏘️*</div><div>*NB:*</div><div>📮 Silahkan dishare sebanyak-banyaknya. Moga Allahﷻ catat sebagai amal jariyah. </div><div>⛔ Dilarang mengubah teks tulisan dan yang berkaitan dengannya tanpa izin dari penulis.</div><div><br></div><div>*◉◉═══ ༻❀○❁○❀༺═══ ◉◉*</div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-11402863902655719872020-04-24T11:24:00.001+07:002020-04-24T11:24:54.983+07:0014 Amalan yang keliru di Bulan Ramadhan<div>*14 Amalan yang Keliru di Bulan Ramadhan*</div><div>Ditulis oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.</div><div>*======*</div><div><br></div><div>Berikut adalah beberapa kesalahan yang dilakukan di bulan Ramadhan yang tersebar luas di tengah-tengah kaum muslimin.</div><div><br></div><div>*1. Mengkhususkan Ziarah Kubur Menjelang Ramadhan*</div><div><br></div><div>Tidaklah tepat keyakinan bahwa menjelang bulan Ramadhan adalah waktu utama untuk menziarahi kubur orang tua atau kerabat (yang dikenal dengan _“nyadran”_ ). Kita boleh setiap saat melakukan ziarah kubur agar hati kita semakin lembut karena mengingat kematian. Namun masalahnya adalah jika seseorang mengkhususkan ziarah kubur pada waktu tertentu dan meyakini bahwa menjelang Ramadhan adalah waktu utama untuk _nyadran_ atau _nyekar._ Ini sungguh suatu *kekeliruan* karena tidak ada dasar dari ajaran Islam yang menuntunkan hal ini.</div><div><br></div><div>*2. _Padusan,_ Mandi Besar, atau Keramasan Menyambut Ramadhan*</div><div><br></div><div>Tidaklah tepat amalan sebagian orang yang menyambut bulan Ramadhan dengan mandi besar atau keramasan terlebih dahulu. Amalan seperti ini juga *tidak ada tuntunannya* sama sekali dari Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam._ Lebih parahnya lagi mandi semacam ini (yang dikenal dengan _“padusan”_ ) ada juga yang melakukannya campur baur laki-laki dan perempuan dalam satu tempat pemandian. Ini sungguh merupakan *kesalahan yang besar* karena tidak mengindahkan aturan Islam. Bagaimana mungkin Ramadhan disambut dengan perbuatan yang bisa mendatangkan *murka Allah?!*</div><div><br></div><div>*3. Menetapkan Awal Ramadhan dengan Hisab*</div><div><br></div><div>Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ bersabda,</div><div><br></div><div>إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ ، لاَ نَكْتُبُ وَلاَ نَحْسِبُ ,الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا</div><div><br></div><div>_“Sesungguhnya kami adalah umat yang buta huruf. Kami tidak memakai kitabah (tulis-menulis) dan tidak pula memakai hisab (dalam penetapan bulan). Bulan itu seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan 29) dan seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan 30).”_ (HR. Bukhari dan Muslim)</div><div><br></div><div>Ibnu Bazizah mengatakan, ”Madzhab ini (yang menetapkan awal ramadhan dengan hisab) adalah madzhab *bathil* dan syari’at ini telah melarang mendalami ilmu _nujum_ (hisab) karena ilmu ini hanya sekedar perkiraan _(dzon)_ dan bukanlah ilmu yang pasti _(qoth’i)_ atau persangkaan kuat. Maka seandainya suatu perkara (misalnya penentuan awal ramadhan, pen) hanya dikaitkan dengan ilmu hisab ini maka agama ini akan menjadi sempit karena tidak ada yang menguasai ilmu hisab ini kecuali sedikit sekali.” ( _Fathul Baari,_ 6/156)</div><div><br></div><div>*4. Mendahului Ramadhan dengan Berpuasa Satu atau Dua Hari Sebelumnya*</div><div><br></div><div>Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ bersabda,</div><div><br></div><div>لاَ يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدٌ الشَّهْرَ بِيَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ أَحَدٌ كَانَ يَصُومُ صِيَامًا قَبْلَهُ فَلْيَصُمْهُ</div><div><br></div><div>_“Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi seseorang yang terbiasa mengerjakan puasa pada hari tersebut maka puasalah.”_ (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani dalam _Shahih wa Dho’if Sunan Nasa’i_ )</div><div><br></div><div>Pada hari tersebut juga dilarang untuk berpuasa karena hari tersebut adalah hari yang meragukan. Dan Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ bersabda,</div><div><br></div><div>مَنْ صَامَ الْيَوْمَ الَّذِي يُشَكُّ فِيهِ فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ</div><div><br></div><div>_“Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukan maka dia telah mendurhakai Abul Qasim (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen).”_ (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam _Shahih wa Dho’if Sunan Tirmidzi_ )</div><div><br></div><div>*5. Melafazhkan Niat _“Nawaitu Shouma Ghodin…”_*</div><div><br></div><div>Sebenarnya *tidak ada tuntunan sama sekali* untuk melafazhkan niat semacam ini karena tidak adanya dasar dari perintah atau perbuatan Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam,_ begitu pula dari para sahabat. Letak niat sebenarnya adalah dalam hati dan bukan di lisan. An Nawawi _rahimahullah_ –ulama besar dalam Madzhab Syafi’i- mengatakan,</div><div><br></div><div>لَا يَصِحُّ الصَّوْمَ إِلَّا بِالنِّيَّةِ وَمَحَلُّهَا القَلْبُ وَلَا يُشْتَرَطُ النُّطْقُ بِلاَ خِلَافٍ</div><div><br></div><div>_“Tidaklah sah puasa seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah dalam hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan dan pendapat ini tidak terdapat perselisihan di antara para ulama.”_ ( _Rowdhotuth Tholibin,_ I/268, Mawqi’ul Waroq-Maktabah Syamilah)</div><div><br></div><div>*6. Membangunkan _“Sahur … Sahur”_*</div><div><br></div><div>Sebenarnya Islam sudah memiliki tatacara sendiri untuk menunjukkan waktu bolehnya makan dan minum yaitu dengan adzan pertama sebelum adzan shubuh. Sedangkan adzan kedua ketika adzan shubuh adalah untuk menunjukkan diharamkannya makan dan minum. Inilah cara untuk memberitahu kaum muslimin bahwa masih diperbolehkan makan dan minum dan memberitahukan berakhirnya waktu sahur. Sehingga tidak tepat jika membangunkan kaum muslimin dengan meneriakkan _“sahur … sahur ….”_ baik melalui speaker atau pun datang ke rumah-rumah seperti mengetuk pintu. </div><div><br></div><div>Cara membangunkan seperti ini sungguh *tidak ada tuntunannya sama sekali* dari Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ juga tidak pernah dilakukan oleh generasi terbaik dari ummat ini. Jadi, hendaklah yang dilakukan adalah *melaksanakan dua kali adzan.* Adzan pertama untuk menunjukkan masih dibolehkannya makan dan minum. Adzan kedua untuk menunjukkan diharamkannya makan dan minum. </div><div><br></div><div>Ibnu Mas’ud _radhiyallahu ‘anhu_ memiliki nasehat yang indah, “Ikutilah (petunjuk Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam,_ pen), janganlah membuat bid’ah. Karena (sunnah) itu sudah cukup bagi kalian.” (Lihat pembahasan at Tashiir di _Al Bida’ Al Hawliyah,_ hal. 334-336)</div><div><br></div><div>*7. Pensyariatan Waktu Imsak (Berhenti makan 10 atau 15 menit sebelum waktu shubuh)*</div><div><br></div><div>Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ bersabda,</div><div><br></div><div>كُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ يَهِيدَنَّكُمُ السَّاطِعُ الْمُصْعِدُ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَعْتَرِضَ لَكُمُ الأَحْمَرُ</div><div><br></div><div>_“Makan dan minumlah. Janganlah kalian menjadi takut oleh pancaran sinar (putih) yang menjulang. Makan dan minumlah sehingga tampak bagi kalian warna merah yang melintang.”_ (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Khuzaimah. Dalam _Shohih wa Dho’if Sunan Abu Daud,_ Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan shahih). </div><div><br></div><div>Maka hadits ini menjadi dalil bahwa waktu imsak (menahan diri dari makan dan minum) adalah sejak terbit _fajar shodiq_ –yaitu ketika adzan shubuh dikumandangkan- dan *bukanlah 10 menit sebelum adzan shubuh.* Inilah yang sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.</div><div><br></div><div>Dalam hadits Anas dari Zaid bin Tsabit bahwasanya beliau pernah makan sahur bersama Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam,_ kemudian beliau _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian Anas berkata, “Berapa lama jarak antara adzan Shubuh dan sahur kalian?” Kemudian Zaid berkata, “Sekitar 50 ayat.” (HR. Bukhari dan Muslim). </div><div><br></div><div>Lihatlah berapa lama jarak antara sahur dan adzan? Apakah satu jam?! Jawabnya: Tidak terlalu lama, bahkan sangat dekat dengan waktu adzan shubuh yaitu sekitar membaca 50 ayat Al Qur’an (sekitar 10 atau 15 menit)</div><div><br></div><div>*8. Do’a Ketika Berbuka _“Allahumma Laka Shumtu wa Bika Aamantu…”_*</div><div><br></div><div>Ada beberapa riwayat yang membicarakan do’a ketika berbuka semacam ini. Di antaranya adalah dalam Sunan Abu Daud no. 2357, Ibnus Sunni dalam _‘Amalul Yaum wal Lailah_ no. 481 dan no. 482. Namun hadits-hadits yang membicarakan amalan ini adalah *hadits-hadits yang lemah.* Di antara hadits tersebut ada yang _mursal_ yang dinilai lemah oleh para ulama pakar hadits. Juga ada perowi yang meriwayatkan hadits tersebut yang dinilai lemah dan pendusta (Lihat _Dho’if Abu Daud_ no. 2011 dan catatan kaki _Al Adzkar_ yang ditakhrij oleh ‘Ishomuddin Ash Shobaabtiy).</div><div><br></div><div>Adapun do’a yang dianjurkan ketika berbuka adalah,</div><div><br></div><div>ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ</div><div><br></div><div>_“Dzahabazh zhoma-u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah_ (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)” (HR. Abu Daud. Dikatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam _Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud_ )</div><div><br></div><div>*9. Dzikir Jama’ah Dengan Dikomandoi dalam Shalat Tarawih dan Shalat Lima Waktu*</div><div><br></div><div>Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz _rahimahullah_ tatkala menjelaskan mengenai dzikir setelah shalat, “Tidak diperbolehkan para jama’ah membaca dizkir secara berjama’ah. Akan tetapi yang tepat adalah setiap orang membaca dzikir sendiri-sendiri tanpa dikomandai oleh yang lain. Karena dzikir secara berjama’ah (bersama-sama) adalah sesuatu yang *tidak ada tuntunannya* dalam syari’at Islam yang suci ini.” ( _Majmu’ Fatawa Ibnu Baz,_ 11/189)</div><div><br></div><div>*10. _“Ash Sholaatul Jaami’ah…”_ untuk Menyeru Jama’ah dalam Shalat Tarawih*</div><div><br></div><div>Ulama-ulama Hambali berpendapat bahwa tidak ada ucapan untuk memanggil jama’ah dengan ucapan _“Ash Sholaatul Jaami’ah…”_ Menurut mereka, ini termasuk *perkara yang diada-adakan* (baca: bid’ah). (Lihat _Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah,_ 2/9634, Asy Syamilah)</div><div><br></div><div>*11. Bubar Terlebih Dahulu Sebelum Imam Selesai Shalat Malam*</div><div><br></div><div>Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ bersabda,</div><div><br></div><div>إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً</div><div><br></div><div>_“Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.”_ (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Syaikh Al Albani dalam _Al Irwa’_ 447 mengatakan bahwa hadits ini shahih). Jika imam melaksanakan shalat tarawih ditambah shalat witir, makmum pun *seharusnya ikut menyelesaikan bersama imam.* Itulah yang lebih tepat.</div><div><br></div><div>*12. Perayaan _Nuzulul Qur’an_*</div><div><br></div><div>Perayaan _Nuzulul Qur’an_ sama sekali *tidak pernah dicontohkan oleh Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam,_* juga *tidak pernah dicontohkan oleh para sahabat.* Para ulama _Ahlus Sunnah wal Jama’ah_ mengatakan,</div><div><br></div><div>لَوْ كَانَ خَيرْاً لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ</div><div><br></div><div>_“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita untuk melakukannya.”_ </div><div><br></div><div>Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat. Mereka menggolongkan perbuatan semacam ini sebagai *bid’ah.* Karena para sahabat tidaklah melihat suatu kebaikan kecuali mereka akan segera melakukannya. (Lihat _Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim,_ pada tafsir surat Al Ahqof ayat 11)</div><div><br></div><div>*13. Membayar Zakat Fithri dengan Uang*</div><div><br></div><div>Syaikh Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz mengatakan, “Seandainya mata uang dianggap sah dalam membayar zakat fithri, tentu Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ akan menjelaskan hal ini. Alasannya, karena tidak boleh bagi beliau _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ mengakhirkan penjelasan padahal sedang dibutuhkan. Seandainya beliau _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ membayar zakat fithri dengan uang, tentu para sahabat _radhiyallahu ‘anhum_ akan menukil berita tersebut. Kami juga tidak mengetahui ada seorang sahabat Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ yang membayar zakat fithri dengan uang. Padahal para sahabat adalah manusia yang paling mengetahui sunnah (ajaran) Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ dan orang yang paling bersemangat dalam menjalankan sunnahnya. Seandainya ada di antara mereka yang membayar zakat fithri dengan uang, tentu hal ini akan dinukil sebagaimana perkataan dan perbuatan mereka yang berkaitan dengan syari’at lainnya dinukil (sampai pada kita).” ( _Majmu’ Fatawa Ibnu Baz,_ 14/208-211)</div><div><br></div><div>*14. Tidak Mau Mengembalikan Keputusan Penetapan Hari Raya kepada Pemerintah*</div><div><br></div><div>Al Lajnah Ad Da’imah, komisi Fatwa di Saudi Arabia mengatakan, “Jika di negeri tersebut terjadi perselisihan pendapat (tentang penetapan 1 Syawal), maka hendaklah dikembalikan pada keputusan penguasa muslim di negeri tersebut. Jika penguasa tersebut memilih suatu pendapat, hilanglah perselisihan yang ada dan setiap muslim di negeri tersebut *wajib mengikuti pendapatnya.”* (Fatawa no. 388)</div><div><br></div><div>-----</div><div><br></div><div>Demikian beberapa kesalahan atau kekeliruan di bulan Ramadhan yang mesti kita tinggalkan dan mesti kita menasehati saudara kita yang lain untuk meninggalkannya. Tentu saja nasehat ini dengan lemah lembut dan penuh hikmah.</div><div><br></div><div>Semoga Allah memberi kita petunjuk, ketakwaan, sifat _‘afaf_ (menjauhkan diri dari hal yang tidak diperbolehkan) dan memberikan kita kecukupan. Semoga Allah memperbaiki keadaan setiap orang yang membaca risalah ini.</div><div><br></div><div>_Wa shallallahu wa salaamu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in. Walhamdulillahi rabbil ‘alamin._</div><div><br></div><div>*======*</div><div><br></div><div>*Sumber:* https://muslim.or.id/1298-14-amalan-yang-keliru-di-</div><div>bulan-ramadhan.html<br></div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat</div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-37190919164760219282020-03-21T09:09:00.001+07:002020-03-21T09:09:24.655+07:00Bantahan terhadap broadcast "BERLINDUNG KE MASJID" <div>Bantahan terhadap broadcast "BERLINDUNG KE MASJID"</div><div><br></div><div>Yang di dalamnya membawakan hadits-hadits sebagai berikut:</div><div><br></div><div>Hadits pertama:</div><div><br></div><div>إِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَنْزَلَ عَاهَةً مِنَ السَّمَاءِ عَلَى أَهْلِ الأرْضِ صُرِفَتْ عَنْ عُمَّارِ الْمَسَاجِدِ. </div><div><br></div><div>"Sesungguhnya apabila Allah ta'ala menurunkan penyakit dari langit kepada penduduk bumi maka Allah menjauhkan penyakit itu dari orang-orang yang meramaikan masjid"</div><div><br></div><div>Penilaian ulama:</div><div>* Al Albani mengatakan: "hadits mungkar" (Silsilah Adh Dha'ifah, no. 7080).</div><div>* Ibnu Adi mengatakan bahwa hadits ini dhaif (Al Kamil fid Dhu'afa, 4/205).</div><div><br></div><div>Hadits kedua:</div><div><br></div><div>إِذا أرَادَ الله بِقَوْمٍ عاهةً نَظَرَ إِلَى أهْلِ المَساجِدِ فَصَرَفَ عَنْهُمْ </div><div><br></div><div>"Apabila Allah menghendaki penyakit pada suatu kaum, maka Allah melihat ahli masjid, lalu menjauhkan penyakit itu dari mereka".</div><div><br></div><div>Penilaian ulama:</div><div>* Al Albani mengatakan: "dhaif" (Dha'if Al Jami, no. 345).</div><div>* As Suyuthi mengatakan: "dhaif" (Al Jami' Ash Shaghir, no. 400).</div><div><br></div><div>Hadits ketiga:</div><div><br></div><div>يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: " إِنِّي لَأَهُمُّ بِأَهْلِ الْأَرْضِ عَذَابًا فَإِذَا نَظَرْتُ إِلَى عُمَّارِ بُيُوتِي والْمُتَحَابِّينَ فِيَّ والْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ صَرَفْتُ عَنْهُمْ "</div><div><br></div><div>"Allah عز وجل berfirman: "Sesungguhnya Aku bermaksud menurunkan azab kepada penduduk bumi, maka apabila Aku melihat orang-orang yang meramaikan rumah-rumah-Ku, yang saling mencintai karena Aku, dan orang-orang yang memohon ampunan pada waktu sahur, maka Aku jauhkan azab itu dari mereka"</div><div><br></div><div>Penilaian ulama:</div><div>* Al Albani mengatakan: "dhaif jiddan" (Silsilah Adh Dha'ifah, no. 7102).</div><div>* Ibnu Adi mengatakan: "mungkar" (Al Kamil fid Dhu'afa, 5/94).</div><div><br></div><div>Hadits keempat:</div><div><br></div><div>إذا عاهةٌ من السماءِ أُنزِلتْ صُرِفتْ عن عُمَّارِ المساجِدِ</div><div><br></div><div>"Apabila penyakit diturunkan dari langit, maka dijauhkan dari orang-orang yang meramaikan masjid"</div><div><br></div><div>Penilaian ulama:</div><div>* Al Albani: "dhaif" (Dhaif Al Jami', no. 593), mungkar (Silsilah Adh Dha'ifah, no.2449).</div><div>* Ibnu Adi menjelaskan dhaif-nya hadits ini (Al Kamil fid Dhu'afa, 4/205).</div><div><br></div><div>Hadits kelima:</div><div><br></div><div>Perkataan Asy Sya'bi (seorang tabi'in), maka ini bukan hadits.</div><div><br></div><div>كَانُوا إِذَا فَرَغُوا مِنْ شَيْءٍ أَتَوُا الْمَسَاجِدَ</div><div><br></div><div>Diterjemahkan: "Mereka (para sahabat) apabila ketakutan tentang sesuatu, maka mendatangi masjid".</div><div><br></div><div>Yang tepat "faroghu" di sini maknanya bukan "ketakutan" namun "kekurangan" atau "butuh sesuatu". Maka tidak ada pendalilan dari atsar ini.</div><div><br></div><div>Maka kesimpulannya: hadits-hadits di atas tidak bisa menjadi hujjah.</div><div><br></div><div>Apalagi bertentangan dengan hadits-hadits yang shahih:</div><div><br></div><div>‘Aisyah radhiallahu’anha berkata:</div><div><br></div><div>أن رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم قال في مرَضِه : ( مُروا أبا بكرٍ يصلِّي بالناسِ )</div><div><br></div><div>“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika sakit beliau bersabda: perintahkan Abu Bakar untuk shalat (mengimami) orang-orang” (HR. Bukhari no. 7303).</div><div><br></div><div>Menunjukkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika sakit berat, beliau tidak ke masjid. </div><div><br></div><div>Ibnu Abbas radhiallahu’anhu mengatakan:</div><div><br></div><div>لقد رَأيتُنا وما يتخلَّفُ عن الصَّلاةِ إلا منافقٌ قد عُلِمَ نفاقُهُ أو مريضٌ</div><div><br></div><div>“Aku melihat bahwa kami (para sahabat) memandang orang yang tidak shalat berjama’ah sebagai orang munafik, atau sedang sakit” (HR. Muslim no. 654).</div><div><br></div><div>Menunjukkan orang yang sakit diberi udzur untuk tidak ke masjid.</div><div><br></div><div>Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:</div><div><br></div><div>فِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ فِرَارَكَ مِنَ الْأَسَدِ</div><div><br></div><div>“Larilah dari orang yang terkena kusta, sebagaimana engkau lari dari singa” (HR Ahmad no.9722, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah As-Shahihah no.783).</div><div><br></div><div>Menunjukkan bahwa boleh berusaha menghindarkan diri dari penyakit menular. Bahkan ini perintah Nabi. Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:</div><div><br></div><div>لاَ تُورِدُوا المُمْرِضَ عَلَى المُصِحِّ</div><div><br></div><div>“Janganlah mengumpulkan unta yang sakit dengan unta yang sehat" (HR. Bukhari no.5774, Muslim no.2221)</div><div><br></div><div>Di masa huru-hara virus corona ini wajib selektif dalam menerima info dan juga ilmu agama.</div><div><br></div><div>Semoga Allah memberi taufik.</div><div><br></div><div>@fawaid_kangaswad</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat</div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-78751537309383197892020-03-18T07:23:00.001+07:002020-03-18T07:23:38.613+07:00Nasehat Berkaitan dengan Musibah Corona <div>🆔 *Group WA HSI AbdullahRoy*</div><div>🌐 hsi.abdullahroy.com</div><div>════ ❁✿❁ ════</div><div><br></div><div>🔊 _* NASEHAT BERKAITAN DENGAN MUSIBAH CORONA*_</div><div><br></div><div>👤 *Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.*</div><div>════ ❁✿❁ ════</div><div><br></div><div><br></div><div>بسم اللّه الرحمن الرحيم </div><div>السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته </div><div>الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه</div><div><br></div><div><br></div><div>Para peserta HSI di manapun antum berada, semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjaga antum dan keluarga.</div><div><br></div><div>Beberapa poin penting yang berkaitan dengan musibah tersebarnya virus corona akhir-akhir ini, sekedar mengingatkan dan menguatkan apa yang telah disampaikan oleh para ulama.</div><div><br></div><div>⑴ Ketahuilah bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menulis segala sesuatu sebelum terjadinya, termasuk di antaranya adalah musibah.</div><div><br></div><div>Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:</div><div><br></div><div>مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَـٰبٍۢ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌۭ</div><div><br></div><div>"Tidaklah menimpa sebuah musibah di bumi dan tidak pula pada diri kalian kecuali ada di dalam kitāb sebelum kami menciptakan musibah tersebut. Sesungguhnya yang demikian adalah sangat mudah bagi Allāh.” (QS Al-Hadid:22)</div><div><br></div><div>⑵ Tidaklah terjadi musibah kecuali dengan izin dan kehendak Allāh.</div><div><br></div><div>Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:</div><div><br></div><div>مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ</div><div><br></div><div>"Tidaklah menimpa sebuah musibah kecuali dengan izin Allāh.” (QS At-Taghabun:11)</div><div><br></div><div>⑶ Ketahuilah bahwasanya apa yang Allāh lakukan pasti di sana ada hikmahnya. Tidaklah Allāh Subhānahu wa Ta'āla melakukan sesuatu yang sia-sia. Di antara nama Allāh Azza wa Jalla adalah Al-Hakim yang artinya adalah Dzat yang Maha Bijaksana.</div><div><br></div><div>Yakinlah bahwasanya di balik musibah ini pasti di sana ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil oleh manusia.</div><div><br></div><div>⑷ Kewajiban kita adalah bersabar atas musibah yang terjadi, terhadap apa yang Allāh takdirkan, baik dengan hati, lisan maupun perbuatan anggota badan kita.</div><div><br></div><div>Katakanlah:</div><div><br></div><div> إنا لله و إنا اليه راجعون </div><div><br></div><div>"Sesungguhnya kami adalah milik Allāh dan kami akan kembali kepadanya.”</div><div><br></div><div>Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjanjikan pahala yang sangat besar bagi orang yang bersabar ketika mendapatkan musibah.</div><div><br></div><div>⑸ Ketahuilah bahwasanya tidaklah turun kepada musibah kecuali sebabnya adalah dosa yang dilakukan oleh manusia.</div><div><br></div><div>Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:</div><div><br></div><div>وَمَآ أَصَـٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍۢ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍۢ</div><div><br></div><div>"Dan tidaklah menimpa kalian sebuah musibah kecuali dengan sebab apa-apa yang dilakukan oleh tangan-tangan kalian yaitu berupa dosa.” (QS Asy-Syura:30)</div><div><br></div><div>Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla memaafkan banyak di antara dosa-dosa tersebut dan mungkin saja orang yang shālih juga terkena dampak dari adzab dan bencana, akan tetapi mereka akan dibangkitkan sesuai dengan amalnya.</div><div><br></div><div>⑹ Perlu kita menyadari bahwasanya tidak bisa mengangkat sebuah bencana dan menghilangkan sebuah musibah kecuali Allāh Azza wa Jalla yang telah menurunkan musibah tersebut. </div><div><br></div><div>Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:</div><div><br></div><div>وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّۢ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ ۖ</div><div><br></div><div>"Dan apabila Allāh Subhānahu wa Ta'āla menghendaki untuk menimpakan memudharatkan kepadamu maka tidak ada yang bisa mengangkat kemudharatan tersebut kecuali Dia.” (QS Al-An'ām:17)</div><div><br></div><div>⑺ Kita harus bertawakal kepada Allāh dan bergantung kepadanya. Barangsiapa yang benar-benar bertawakal kepada Allāh dan meyakini bahwanya Allāh, Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan Dia-lah yang menolak mudharat, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan mencukupi dan menolong kita.</div><div><br></div><div>Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:</div><div><br></div><div>وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ</div><div><br></div><div>"Barangsiapa yang bertawakal kepada Allāh, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan mencukupi dia.” (QS At-Talaq :3)</div><div><br></div><div>⑻ Hendaklah kita mengambil sebab dan usaha yang bisa kita lakukan supaya Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengangkat musibah dan bencana ini di antaranya:</div><div><br></div><div>√ Memperbanyak Istighfar dan juga bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla </div><div><br></div><div>√ Berdo'a, semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla melindungi kita semua dari turunnya musibah ini.</div><div><br></div><div>√ Menjaga dzikir-dzikir yang disyariatkan seperti dzikir pagi dan petang, dzikir setelah shalāt lima waktu dan dzikir-dzikir lain yang disyariatkan.</div><div><br></div><div>⑼ Memperbanyak berbuat baik kepada orang lain dengan ikhlas karena Allāh Azza wa Jalla dan jangan lupa juga mengucapkan do'a yang diajarkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika melihat atau mendengar orang lain terkena musibah dengan mengatakan: </div><div><br></div><div>الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى عَافَانِى مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِى عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلاً </div><div><br></div><div>Yang disebutkan di dalam hadīts, "Barangsiapa membacanya maka tidak akan menimpa kepadanya musibah yang menimpa orang lain tersebut”. </div><div><br></div><div>⑽ Hendaklah kita sungguh-sungguh mengikuti himbauan pemerintah dan para pakar ahli dalam upaya mencegah tersebarnya virus corona ini dan mengikuti fatwa para ulama Ahlus Sunnah wal Jamā'ah.</div><div><br></div><div>Yang perlu kita ketahui bagaimanapun usaha kita dalam mengambil sebab dan upaya maka itu hanyalah usaha dan sebab saja, sementara keputusan ada di tangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan keputusan Allāh Subhānahu wa Ta'āla itulah yang terbaik.</div><div><br></div><div>Bersabarlah jika diuji dengan musibah. Semua kita adalah milik Allāh dan semua kita akan kembali kepada Allāh.</div><div><br></div><div>Tidak lupa dalam keadaan seperti ini hendaklah kita lebih berhati-hati dalam menerima dan menyampaikan berita. Dan juga perlu kita sadari bahwa di sana ada virus yang lebih berbahaya dari corona ini yang harus kita waspadai yang mengancam keimanan kita yaitu virus kesyirikan, kebid'ahan dan maksiat.</div><div><br></div><div>Karena virus ini akan merusak iman yang merupakan sebab keberuntungan kita di dunia dan di akhirat. </div><div><br></div><div>Adapun virus corona hanya merusak badan.</div><div><br></div><div>Terakhir kita berdo'a semoga Allāh mengangkat wabah ini, menerima taubat kita, memberikan keselamatan kepada kita dan kaum muslimin, dan memudahkan pemerintah kita dalam menangani masalah ini.</div><div><br></div><div>Dan tidak lupa kita do'akan khususnya para pengurus, koordinator, musyrifin dan para admin. Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjaga mereka semuanya sehingga bisa terus membantu kita di dalam kegiatan belajar kita di HSI ini.</div><div><br></div><div>Demikian yang bisa kita sampaikan.</div><div><br></div><div>Wallāhu Ta'āla A'lam </div><div> </div><div><br></div><div>وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله و صحبه و سلم</div><div>والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته</div><div><br></div><div><br></div><div>'Abdullāh Roy, di kota Jember</div><div>_________________________</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-85089518241157513652020-01-14T14:37:00.001+07:002020-01-14T14:37:09.926+07:00Indahnya Ukhuwah Islamiyyah <div>*INDAHNYA UKHUWAH ISLAMIYYAH*</div><div><br></div><div>_Catatan Ringkas dari Tabligh Akbar_ </div><div><br></div><div>Syaikhuna Prof. *DR. Ibrahim bin 'Amir Ar Ruhailiy hafidzahullah* :</div><div><br></div><div>Hak-hak sesama muslim :</div><div>1. Mencintai saudara muslim lainnya.</div><div>Sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :</div><div><br></div><div>ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سَوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إلاَّ لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ</div><div><br></div><div>"Tiga sifat yang jika ada pada diri seseorang, ia akan meraih manisnya iman: Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari selain keduanya, ia mencintai seseorang tidaklah mencintainya melainkan karena Allah, ia membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya, sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam api neraka". (HR. Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)</div><div><br></div><div>Cinta karena Allah dapat menjadikan iman sempurna, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :</div><div><br></div><div>مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ</div><div><br></div><div>"Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang (menahan) karena Allah, maka sempurnalah imannya". (HR. Abu Dawud no. 4681, -shahih-)</div><div><br></div><div>2. Berwala', membela dan menolong mukmin lainnya.</div><div>Sebagaimana firman Allah :</div><div><br></div><div>وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ</div><div><br></div><div>"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain". (Qs. At Taubah : 71)</div><div><br></div><div>3. Mencintai dan berharap kebaikan untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai kebaikan tersebut untuk dirinya.</div><div>Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :</div><div><br></div><div>لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ</div><div><br></div><div>"Tidaklah sempurna keimanan seseorang dari kalian, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya". (HR. Bukhari no. 13)</div><div><br></div><div>Hadits ini merupkan timbangan/barometer bagi keimanan dan ukhuwah islamiyah. kalau hadits ini diterapkan setiap muslim niscaya majlis kehakiman, kepolisian, keamanaan akan tutup tidak perlu lagi, karena muslim tidak mendzalimi muslim lainnya.</div><div><br></div><div>Perhatikan kisah shahabat muda yang datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam minta izin berzina :</div><div><br></div><div>عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ فَزَجَرُوهُ قَالُوا: مَهْ مَهْ فَقَالَ: ادْنُهْ فَدَنَا مِنْهُ قَرِيبًا قَالَ: فَجَلَسَ قَالَ: أَتُحِبُّهُ لِأُمِّكَ قَالَ: لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ: وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأُمَّهَاتِهِمْ قَالَ: أَفَتُحِبُّهُ لِابْنَتِكَ قَالَ: لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ: وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِبَنَاتِهِمْ قَالَ: أَفَتُحِبُّهُ لِأُخْتِكَ قَالَ: لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ: وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأَخَوَاتِهِمْ قَالَ: أَفَتُحِبُّهُ لِعَمَّتِكَ قَالَ: لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ: وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِعَمَّاتِهِمْ قَالَ: أَفَتُحِبُّهُ لِخَالَتِكَ قَالَ: لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ: وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِخَالَاتِهِمْ قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ وَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ فَلَمْ يَكُنْ بَعْدُ ذَلِكَ الْفَتَى يَلْتَفِتُ إِلَى شَيْءٍ</div><div><br></div><div>Dari Abu Umamah berkata: Sesungguhnya seorang pemuda mendatangi Nabi Shallallahu alaihi Wasallam lalu berkata: Wahai Rasulullah! Izinkan aku untuk berzina. Orang-orang mendatanginya lalu melarangnya, mereka berkata: Jangan, jangan. Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Mendekatlah. Ia mendekat lalu duduk kemudian Rasulullah bersabda: "Apa kau menyukainya berzina dengan ibumu?" pemuda itu menjawab: Tidak, demi Allah wahai Rasulullah. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Orang-orang juga tidak menyukainya berzina dengan ibu-ibu mereka. Rasulullah bersabda: "Apa kau menyukainya berzina dengan putrimu?" Tidak, demi Allah wahai Rasulullah. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Orang-orang juga tidak menyukai berzina dengan putri-putri mereka." Rasulullah bersabda: Apa kau menyukainya berzina dengan bibimu dari pihak ayah? Tidak, demi Allah wahai Rasulullah. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Orang-orang juga tidak menyukainya berzina dengan bibi-bibi mereka. Rasulullah bersabda: "Apa kau menyukainya berzina dengan bibimu dari pihak ibu?" Tidak, demi Allah wahai Rasulullah. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Orang-orang juga tidak menyukainya berzina dengan bibi-bibi mereka. Kemudian Rasulullah meletakkan tangan beliau pada pemuda itu dan berdoa; "Ya Allah! Ampunilah dosanya, bersihkan hatinya, jagalah kemaluannya". Setelahnya pemuda itu tidak pernah melirik apa pun". (HR. Ahmad no. 22211, -shahih-)</div><div><br></div><div>ini bukti kecintaan Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada Shahabat dan umatnya.</div><div>kalau seandainya seorang yang hendak melakukan kejahatan kepada wanita muslimah kemudian berfikir kalau seandainya terjadi juga bagi keluarganya niscaya dia tidak akan ridha.</div><div>Hadits ini kaidah syar'i umum dalam segala muamalah untuk pedagang, suami, guru.</div><div><br></div><div>4. Saling menasehati muslim lainnya.</div><div>Jarir bin Abdillah radiyaAllahu anhu berkata :</div><div><br></div><div>بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ</div><div><br></div><div>"Aku berbaiat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat dan menasihati setiap muslim". (HR. Bukhari no. 57 dan Muslim no. 56)</div><div>Dan sabda beliau :</div><div><br></div><div>الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا: لِمَنْ ؟ قَالَ: لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ</div><div><br></div><div>"Agama itu adalah nasihat. Kami bertanya: Nasihat untuk siapa? Beliau menjawab: Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, dan para pemimpin kaum muslimin, serta kaum awam mereka". (HR. Muslim no. 55)</div><div><br></div><div>5. Berlapang dada terhadap muslim lainnya, tidak benci, hasad, dll.</div><div>Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :</div><div><br></div><div>لَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَنَاجَشُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ</div><div><br></div><div>"Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang diantara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya), Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya". (HR. Bukhari no. 6064 dan Muslim no. 2564)</div><div><br></div><div>6. Husnudzon (berprasangka baik) dengan saudara muslim lainnya.</div><div>Firman Allah :</div><div><br></div><div>لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَٰذَا إِفْكٌ مُبِينٌ</div><div><br></div><div>"Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata". (Qs. An Nur : 12).</div><div><br></div><div>7. Menunaikan hak-hak sesama muslim.</div><div>Sebagaimana yang Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam haditsnya :</div><div><br></div><div>حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيل:َ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ</div><div><br></div><div>"Hak seorang muslim terhadap seorang muslim ada enam perkara. Lalu beliau ditanya: Apa yang enam perkara itu ya Rasulullah? Jawab beliau: Jika engkau bertemu dengannya, ucapkankanlah salam kepadanya. Bila dia mengundangmu, penuhilah undangannya. Bila dia minta nasihat, berilah dia nasihat. Bila dia bersin lalu dia membaca tahmid, doakanlah semoga dia beroleh rahmat. Bila dia sakit, kunjungilah dia. Dan bila dia meninggal, ikutlah mengantar jenazahnya ke kubur". (HR. Muslim no. 2162)</div><div><br></div><div>8. Membantu sesama muslim dan memberi manfaat kepada muslim lainnya.</div><div>sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :</div><div><br></div><div>أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا، وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ، أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ -يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ- شَهْرًا، وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَتَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ، مَلأَ اللَّهُ قَلْبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رِضًا، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ فِي حَاجَةٍ حَتَّى يُثْبِتَهَا، أَثْبَتَ اللَّهُ قَدَمَيْهِ يَوْمَ تَزُولُ الأَقْدَامُ</div><div><br></div><div>"Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, sedangkan amal yang paling dicintai oleh Allah adalah kebahagiaan yang engkau diberikan kepada diri seorang muslim atau engkau menghilangkan kesulitannya atau engkau melunasi hutangnya atau membebaskannya dari kelaparan. Dan sesungguhnya (jika) aku berjalan bersama saudaraku untuk menunaikan satu hajat/keperluan lebih aku sukai daripada aku beri’tikaf di masjid ini, yaitu masjid Madinah selama sebulan. Dan barangsiapa yang meninggalkan amarahnya, niscaya Allah akan tutup aurat (kesalahan)nya. Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan memenuhi hatinya dengan rasa aman pada hari kiamat. Barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk menunaikan satu keperluan hingga keperluan itu dapat ditunaikan baginya, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan mengokohkan kakinya di atas shiraath (jembatan) pada hari dimana banyak kaki yang tergelincir padanya". (HR. Thabrani - Al Ausath- no. 6026, -hasan-)</div><div><br></div><div>9. Mendamaikan saudaranya yang sedang bertengkar dan berselisih.</div><div>Sebagaimana firman Allah :</div><div><br></div><div>وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا</div><div><br></div><div>"Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya!". (Qs. Al Hujurat : 9)</div><div><br></div><div>Mendamaikan dengan cara baik dan adil, sebagaimana firmanNya :</div><div><br></div><div>فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا</div><div><br></div><div>"Damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil". (Qs. Al Hujurat : 9)</div><div><br></div><div>Maka wajib bagi setiap muslim untuk memperhatikan hak-hak tersebut dan melaksanakan adab-adab sesama muslim, sehingga terwujud ukhuwah islamiyyah yang sebenarnya.</div><div>Semoga Allah memberikan istiqamah kepada kita semua diatas ketaatan dan menjaga persaudaraan kita karena Allah,.</div><div><br></div><div>وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم</div><div><br></div><div>🔰--------------</div><div>📝Unsoed Purwokerto 12/01/20.</div><div>Dicatat secara ringkas dari yang disampikan Syaikh hafidzahullah,.</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5059073873299763419.post-53436315306316517962020-01-09T19:04:00.001+07:002020-01-09T19:04:37.650+07:00MUQADDIMAH DAUROH SYAIKH IBRAHIM BIN ‘AMIR AR-RUHAILI -hafizhahullaah-<div>MUQADDIMAH DAUROH SYAIKH IBRAHIM BIN ‘AMIR AR-RUHAILI -hafizhahullaah-</div><div><br></div><div>[SYARAH KITAB “’AQIIDAH AHLIS SUNNAH FIL BID’AH WAT TABDII’” (‘AQIDAH AHLUS SUNNAH DALAM BID’AH DAN TABDI’)]</div><div><br></div><div>[1]- Musuh-musuh Islam telah mengetahui -setelah penelitan yang lama-: bahwa mereka tidak akan menang melawan Islam dan kaum muslimin dengan menggunakan senjata. Maka para orientalis mempelajari Al-Qur-an, As-Sunnah dan kitab-kitab para ulama: untuk mengetahui bagaimana cara memerangi Islam. Mereka membuat rencana untuk menghancurkan agama ini. Dan kita mengetahui dan meyakini bahwa Allah pasti menjaga agama ini, dan Allah jaga agar: senantiasa ada sekelompok dari umat ini yang tetap tegak di atas kebenaran, dan mereka adalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.</div><div><br></div><div>[2]- Maka musuh-musuh Islam memulai peperangan dengan cara: memberikan keraguan terhadap kaum muslimin dalam agama mereka, dan dengan memberikan kekuatan kepada Ahlul Bid’ah. Banyak dari kaum muslimin yang bisa diberikan kesamaran dalam agama dan ‘aqidah mereka, sehingga banyak yang kemudian terpancing untuk memusuhi ‘aqidah Islam dan justru mengikuti jalan-jalan orang-orang kafir; karena menganggap bahwa kaum muslimin terbelakang disebabkan oleh ‘aqidahnya dan kaum kafirin mengalami kemajuan -dalam urusan materi (dunia)- dikarenakan jalan-jalan mereka yang benar. Padahal orang-orang kafir walaupun mereka maju dalam materi; akan tetapi mereka adalah manusia yang paling sesat.</div><div><br></div><div>Maka, banyak dari kaum muslimin menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai teladan mereka. Inilah ujian yang merupakan Sunnatullah (kebiasaan Allah); agar yang kokoh dalam agamanya tetap istiqamah dan menjadi binasa orang yang Allah tetapkan untuk binasa.</div><div><br></div><div>[3]- Dan kaum muslimin tidak akan bisa keluar dari fitnah-fitnah (ujian-ujian) ini kecuali dengan kembali kepada agama, dan tidaklah mereka bisa kembali kepada agama kecuali dengan Tafaqquh Fid Diin (mendalami agama). Maka kembali kepada agama bukanlah dengan angan-angan atau hanya sekedar pengakuan. Akan tetapi kembali kepada agama adalah dengan mengenal apa yang Allah perintahkan kepada kita dan apa yang Allah larang. Kembali kepada agama adalah dengan mengenal syari’at Allah; baik secara ‘aqidah, ibadah, maupun akhlak.</div><div><br></div><div>[4]- Tidak ada yang lebih berat atas musuh-musuh Islam -juga atas syaithan- daripada ulama. Ibnu ‘Abbas -radhiyallaahu ‘anhumaa- mengabarkan tentang dirinya: “Tidaklah aku ketahui yang lebih dicintai kematiannya oleh syaithan daripada aku.” Maka demikianlah para ulama: menjadi penghalang terbesar bagi musuh-musuh Islam; sehingga syaithan membuat tipu daya atas umat Islam agar mereka menjauh dari para ulama, demikian juga musuh-musuh Islam berusaha membuat jelek harga diri para ulama.</div><div><br></div><div>[5]- Maka hendaknya para penuntut ilmu menyiapkan diri mereka agar menjadi ulama. Dan inilah perkara terbesar yang kita siapkan untuk memerangi musuh-musuh kita. Karena Allah -Ta’aalaa- telah berfriman:</div><div><br></div><div>{يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ...}</div><div><br></div><div>“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu…” (QS. Muhammad: 7)</div><div><br></div><div>Maka Allah pasti akan menolong kita jika kita telah memenuhi apa yang Allah syaratkan; yaitu: menolong agama Allah. Dan jika kita tidak menolong agama Allah; niscaya Allah tidak akan menolong kita. Dan ini sesuai dengan realita yang ada.</div><div><br></div><div>Dan menolong Allah bukanlah dengan angan-angan atau nasyid-nasyid dan nyanyian. Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- dan Khulafaur Rasyidin menolong agama Allah dengan jihad fi sabilillah. Dan sebelum itu: menolong agama Allah dengan mendakwahkan umat agar berhukum dengan syari’at Allah dalam ‘aqidah, ibadah, dan akhlak.</div><div><br></div><div>[6]- Telah ada seruan-seruan yang menyesatkan agar umat tidak kembali kepada para ulama. Dan ada juga seruan yang menjelek-jelekkan penguasa; padahal syari’at telah mengajarkan untuk bersabar atas hal-hal yang tidak kita sukai yang muncul dari penguasa.</div><div><br></div><div>[7]- Maka tidak ada jalan keluar dari fitnah-fitnah ini kecuali dengan menyiapkan para penuntut ilmu agar mereka menjadi ulama. Dan agama kita dibangun di atas taufik; dalam artian: setiap orang yang istiqamah di atas agamanya; niscaya Allah akan menambahkan hidayah kepadanya. Maka da’i yang mengajarkan agama kepada umat; niscaya Allah akan mudahkan untuk mendirikan sekolah/pondok. Kemudian Allah tambahkan petunjuk kepadanya agar bisa mengadakan dauroh yang bisa merata manfa’atnya.</div><div><br></div><div>[8]- Inilah tujuan agung yang hendaknya kita cuarahkan usaha kita padanya; yaitu: agar kita menjadi ulama dan pemimpin umat yang mengajak mereka untuk berhukum dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah dengan mengikuti Salafush Shalih.</div><div><br></div><div>[9]- Kalau kita lihat realita yang ada; maka kita dapati hampir di setiap negeri ada sekelompok Ahlus Sunnah. Akan tetapi kalau kita nilai secara ‘ilmiyyah; maka terdapat kekurangan dan kesalahan pada mereka. Yang harus diperhatikan adalah: tidak setiap Ahlus Sunnah itu ulama.</div><div><br></div><div>Ada Ahlus Sunnah yang justru mencela Ahlus Sunnah lainnya, padahal orang-orang kafir dan orang-orang sesat: selamat dari celaannya. Maka kita harus waspada dari perkara ini.</div><div><br></div><div>Khilaf (perselisihan) yang terjadi di umat ini bermacam-macam:</div><div><br></div><div>- Ada peselisihan dalam Tauhid Asma Wa Shifat; dimana muncul Ahlu Ta’thil (orang-orang yang menolak sifat Allah) dan muncul juga Ahlu Tasybih (orang-orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya).</div><div><br></div><div>- Dalam Tauhid Uluhiyyah: yang kesalahan dalam hal ini bisa mengantarkan kepada syirik akbar (besar).</div><div><br></div><div>- Dalam masalah ittiba’ (wajibnya mengikuti Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-): yang kesalahan dalam hal ini bisa mengantarkan kepada kesesatan.</div><div><br></div><div>- Dalam masalah keta’atan: yang kesalahan dalam hal ini bisa mengantarkan kepada kemaksiatan.</div><div><br></div><div>Maka khilaf (perselisihan) umat: tidak bisa semua disamakan.</div><div><br></div><div>Kemudian ada juga khilaf (perselisihan) para ualama yang dilandasi ijtihad. Maka perselisihan ini tidak bisa kita samakan dengan perselisihan dalam ‘Aqidah.</div><div><br></div><div>OLEH KARENA ITULAH TEMA TENTANG: MENGENAL HAKIKAT BID’AH DAN TABDI’ SANGATLAH PENTING.</div><div><br></div><div>[10]- Sebagian orang bertanya-tanya: “Apa pentingnya membahas ‘aqidah dan masalah bid’ah; padahal umat Islam di berbagai negeri sedang tersakiti oleh musuh-musuh Islam?! Yang paling penting sekarang adalah Jihad!”</div><div><br></div><div>Maka ini adalah perkataan orang yang tidak memahami hakikat pertempuran umat dengan musuh-musuh mereka. Ini adalah gambaran yang diberikan oleh da’i-da’i sesat. Mereka tidak tahu bahwa: sebab musuh-musuh menguasai umat adalah karena umat ini bodoh terhadap agama mereka. Realita yang terjadi adalah adanya tentara kaum muslimin yang justru minta kepada Allah dengan bertawassul dengan kedudukan fulan (yang dianggap shalih).</div><div><br></div><div>Maka tidak mungkin kita mengharapkan kemenangan kecuali dengan melaksanakan agama Allah. Dan tidak mungkin kita bisa melaksanakan agama Allah kecuali dengan ilmu syar’i.</div><div><br></div><div>[11]- Agama ini dibangun di atas dua pondasi:</div><div><br></div><div>(1)- Mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah.</div><div><br></div><div>(2)- Memurnikan ittiba’ hanya kepada Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-.</div><div><br></div><div> Dan inilah kandungan dari dua kalimat syahadat.</div><div><br></div><div>Kaum musyrikin telah menentang Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- dalam mengikhlaskan ibadah. Mereka mengatakan -sebagaimana Allah firmankan-:</div><div><br></div><div>{أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ}</div><div><br></div><div>“Apakah dia (Muhammad) menjadikan sesembahan-sesembahan itu menjadi sesembahan yang satu saja? Sungguh, ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan.” (QS. Shaad: 5)</div><div><br></div><div>Orang-orang Yahudi dan Nasrani menentang Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- dalam masalah ittibaa’. Mereka tidak mau mengikuti beliau dikarenakan hasad yang ada pada mereka.</div><div><br></div><div>Maka orang-orang yang berbuat syirik dari umat ini: mereka menyembah orang-orang shalih. Dan sebagiannya lagi tidak mau ittiba’ (mengikuti) Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- dengan alasan bisa langsung mengambil ilmu dari Allah. Maka Syirik dan Bid’ah telah memalingkan umat ini dari agamanya.</div><div><br></div><div>[12]- Kesyirikan telah diperangi oleh Ahlus Sunnah -walaupun tersisa kekurangan dalam masalah Tauhid Asma Wa Shifat dan dalam masalah Syirik Ashghar (kecil)-.</div><div><br></div><div>Adapun hakikat Bid’ah dan siapa itu Ahli Bid’ah: maka banyak tersamar atas umat. Banyak orang yang memalingkan umat dari Sunnah dan dari para ulama disebabkan kebodohan terhadap hakikat ini. Dan terjadi kekurangan dan juga permusuhan di antara Ahlus Sunnah dikarenakan kebodohan banyak dari mereka terhadap hakikat ini.</div><div><br></div><div>Dari sinilah kita butuh untuk mengenal Bid’ah dan mengenal siapa Ahlus Sunnah dan siapa Ahlul Bid’ah. Karena hal ini akan berpengaruh dalam Wala Wal Bara’.</div><div><br></div><div>-ditulis dengan ringkas oleh: Ahmad Hendrix</div><div><br></div><div>Terimakasih Semoga Bermanfaat </div>Nurrozidhttp://www.blogger.com/profile/18214815078613256851noreply@blogger.com0